Bisnis.com, JAKARTA — Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat kabar, sejawat dokter umum yang kebetulan pernah bekerja di rumah sakit tempat saya bekerja paruh waktu baru saja kehilangan ibu dan suaminya karena Covid-19.
Sejawat tersebut, saat ini juga masih berjuang untuk lolos dari lubang jarum melawan infeksi virus Covid-19 di salah satu RS rujukan Covid-19 di Jakarta.
Selain itu, junior saya seorang penyakit dalam yang baru saja menyelesaikan konsultannya, saat ini dalam kondisi kritis terpasang ventilator di salah satu RS rujukan Covid-19 di Jakarta juga karena Covid-19.
Beberapa minggu terakhir kita mendengar kabar dokter spesialis dan dokter umum juga gugur karena Covid-19 walau sebagian dari mereka sudah mendapat vaksin.
Rumah sakit sudah mulai penuh, kemarin ada pasien saya yang kebetulan bertugas di RSUD Jakarta menyampaikan tempat tidur isolasi di RS-nya juga sudah penuh dan sudah mulai merujuk ke RS lain jika ada pasien yang perlu rawat inap.
Kalau kondisi ini memburuk cerita akan berulang, pasien meninggal di instalasi gawat darurat karena tidak ada ruang isolasi dan tidak bisa merujuk ke RS lain karena RS lain juga penuh.
Baca Juga
Dinas Kesehatan DKI juga sudah mengimbau RS untuk meningkatkan kapasitas ruang isolasi untuk pasien Covid-19. Penambahan ruang isolasi untuk pasien Covid-19 tentu akan berdampak dengan pengurangan ruang rawat untuk pasien non-Covid-19.
Tampaknya masa sulit untuk mencari ruang isolasi di Jakarta akan berulang, beberapa saat yang lalu ada pasien saya demam tinggi, batuk, sudah dilakukan swab antigen dan hasilnya positif.
Pasien ini direncanakan untuk dirawat inap, tetapi ruang rawat isolasi penuh. Beberapa RS sudah melaporkan bahwa IGD-nya sudah didominasi kasus Covid-19. Kondisi di RS ini juga sejalan dengan positive rate yang sudah mencapai 15,6 persen di DKI Jaya.
Saya pribadi juga punya pengalaman beberapa waktu yang lalu, keponakan saya terlambat datang untuk menghadiri akad nikah adiknya karena harus menunggu hasil swab PCR-nya karena kebetulan kedatangan tamu yang membawa anak dan yang diketahui kemudian bahwa anak temannya tersebut positif covid-19 tertular dari asisten rumah tangganya yang baru pulang mudik.
Di sisi lain bayang-bayang beredarnya virus Covid-19 yang sudah bermutasi juga menambah kekhawatiran kita.
Informasi dari Bangkalan ternyata sudah ditemukan adanya pasien yang tertular dengan virus mutant B117 atau virus mutan alfa. Seperti yang disampaikan oleh peneliti dari Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga bahwa ditemukan varian B117 dari sampel pasien Bangkalan, bahkan diduga bahwa penyebaran yang cepat terjadi di Bangkalan dihubungkan dengan beredarnya varian B117 ini.
Begitupun informasi dari Kudus, ternyata peningkatan kasus yang signifikan di Kudus disertai jatuhnya korban dari tenaga medis dihubungkan dengan beredarnya varian delta dari India.
Kekurangan tenaga kesehatan karena banyak yang menjadi korban, membuat pemerintah daerah mempekerjakan dokter relawan yang berasal dari daerah lain. Selain menambah tenaga kesehatan, sarana prasarana dan ketersediaan obat-obatan juga harus diperhatikan.
Apa yang terjadi di Masyarakat?
Sepanjang jalan pulang dan pergi dari kantor/rumah sakit dan rumah selama beberapa hari terakhir ini tidak ada yang berubah, jalan2 di Jakarta pada daerah yang biasa macet tetap macet. Sebagian masyarakat di pinggir jalan tidak pakai masker, tentu saya berharap mudah2an mereka selalu sehat karena terinfeksi Covid-19 dengan gejala dan perlu rawat inap di RS saat ini akan susah untuk mereka mencari ruang isolasi.
Begitu pula kerumunan masih terjadi di tengah masyarakat. Salah satu kerumunan yang terjadi berhubungan dengan salah satu gerai makan McDonald’s yang berkolaborasi dengan BTS me-launching BTS Meal yang memprihatinkan kita semua.
Prediksi bahwa produk ini akan dicari banyak orang sehingga terjadi kerumunan tampaknya tidak diantisipasi dengan baik oleh pihak gerai makanan tersebut.
Terima kasih beberapa pemerintah daerah cepat merespons dengan menutup beberapa gerai makan tersebut.
Walau kita juga akan melihat apakah ada klaster baru akibatnya kasus kerumunan BTS Meal ini. Saya rasa Bangtan Boys (BTS) harus terinfo bahwa produknya memang banyak digemari masyarakat Indonesia bahkan sampai menimbulkan kerumunan di tengah masyarakat untuk mendapat produknya tersebut.
Saya rasa dalam kondisi perkembangan Covid-19 yang cenderung memburuk, sampai saat ini belum ada langkah-langkah yang konstruktif untuk mengatasi masalah ini. Malaysia dan Singapura sudah lockdown. Bahkan, Malaysia juga memperpanjang lagi lockdown-nya sampai akhir Juni 2021.
Saya berharap berbagai pemerintah daerah khususnya Pemprov DKI mengambil keputusan strategis untuk menerapkan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) kembali wilayahnya. Fakta sebelumnya menunjukkan bahwa PSBB telah berhasil menekan penularan Covid-19 di tengah masyarakat.
Kita semua saat ini harus mencurahkan penuh untuk penanggulangan Covid-19 yang terus memburuk penyebarannya di tengah masyarakat. Kita tidak berharap pelayanan kesehatan kita kembali kolaps karena memang pengendalian yang gagal di tingkat hulu, semoga semua menyadari dan berusaha mencegah hal ini.
Mari bersama melawan Covid-19.