Bisnis.com, JAKARTA— Politisi Partai Gelora Mahfuz Sidik mengatakan bahwa anggaran pada Rencana Strategis (Renstra) pertahanan Indonesia mencapai, Rp1.760 trilun untuk periode 2020-2044 yang dipercepat ke 2024 masih sulit untuk mendongkrak kapabilitas sistem pertahanan Indonesia ke depan karena berbagai kelemahan.
Demikian diungkapkan dalam diskusi bertajuk “Reformasi Sistem Pertahanan Nasional dan Urgensi Modernisasi Alutsista TNI” yang dilaksanakan DPP Partai Gelora Indonesia (Gelora), Rabu (2/6/2021). Turut jadi narasumber pada diskusi itu Sekjen Partai Gelora Mahfuz Sidik, pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie serta mantan Pangdam Bukit Barisan Mayjen TNI Tri Tantomo di Media Center Partai Gelora.
Mahfuz Sidik mengatakan bahwa besaran angka anggaran pertahanan itu masih kecil atau hanya 1,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Karena itu mantan Ketua Komisi I DPR itu pesimistis Inonesia akan mampu menaikkan peringkatnya sebagai negara dengan kekuatan sistem pertahanan 16 besar dunia.
Selain masalah minimnya anggaran, Mahfuz juga menyoroti lemahnya industri pertahanan. Menurutnya, kekuatan militer suatu negara harus ditopang dengan kekuatan industri pertahanan atau ada produksi alat pertahanan yang kuat.
“Artinya, belanja pertahanan juga dibelanjakan di dalam negeri dengan adanya produksi pertahanan seperti negara maju. AS dan Prancis yang berada di lima besar kekuatan pertahanan dunia, misalnya, karena memproduksi alat pertahanan sebagaimana juga sengan India dan China.
Sementara itu, pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie mengaku kaget karena angka ya g ada dalam perencanaan pertahanan terkesan terlalu besar namun tanpa kejelasan.
"Yang sudah di-clear-kan dan dijelaskan Menteri Bappenas pada saya adalah dana sebesar USD 20 miliar. Selisih 104 miliar itu harus dijelaskan Kementerian Pertahanan," kata Connie.
Connie mengatakan dalam dokumen yang dia baca, dana itu merupakan Renstra 2020--2020--2024 dan harus habis di 2024. Dana itu disebutkan akan berasal dari pinjaman luar negeri yang bunganya baru selesai di 2024.
Connie mengatakan kebijakan strategi ada di sana termasuk Alutsista. Kaena itu Connie mempertanyakan dari mana angka itu muncul.
"Pertanyaan saya anggaran pertahanan sebesar ini, dalam tiga tahun kita mau beli apa?" kata Connie.
Yang juga aneh, kata Connie, Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) di tiga Matra TNI juga tak tahu menahu soal ini. "Jadi pertanyaan sederhana, angka sebesar ini mau keluar buat beli apa dan kenapa mesti habis di 2024?," kata Connie.