Bisnis.com, JAKARTA – Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) IPB University (Institut Pertanian Bogor) belajar manajemen pupuk dalam industri peternakan yang diterapkan di Amerika Serikat.
Manajemen pupuk itu dipelajari dalam kuliah umum dengan tema Manajemen Limbah Peternakan yang menghadirkan dosen tamu Alice Rocha dari Departemen Peternakan University of California di AS.
Dalam kegiatan yang dimoderatori oleh dosen dari Departemen IPTP Fakultas Peternakan IPB University, Windi Al Zahra, Alice menjelaskan tentang manajemen pupuk di AS.
Di AS telah diberlakukan beberapa kebijakan manajemen pupuk khususnya bagi industri peternakan. Kebijakan itu termasuk dalam kategori National Pollutant Discharge Elimination System (NPDES), yang merupakan bagian kecil dari lembaga Enviromental Protection Agency dengan memberlakukan tiga jenis kebijakan.
Tiga kebijakan tersebut adalah permits and regulatory programs, non-regulatory tools, dan integrated approaches.
"Setiap wilayah di AS dapat memberlakukan kebijakan yang berbeda sesuai dengan wilayah masing-masing. Kebijakan permit and regulatory programs memiliki elemen peraturan yang umumnya mengatur penggunaan dan produksi pupuk," kata Alice.
Kebijakan non-regulatory tools berlaku sebagai pedoman, sehingga tidak diberlakukan hanya untuk membatasi petani, melainkan juga memberikan program edukasi, relokasi, dan advisory tools.
Contohnya, wilayah Oregon memberlakukan manure spreading advisory tools yang dapat membantu petani menilai risiko cuaca yang terkait dengan limpasan nutrisi dalam tanah. Sedangkan kebijakan integrated approach merupakan kombinasi dua regulasi sebelumnya.
Tools tersebut dipakai oleh petani untuk mendapatkan pendekatan baru guna mengatur kualitas pelayanan air, dampaknya, serta kualitas udara, bahkan respons darurat atas kontaminasi pupuk.
Kebijakan itu lebih ditekankan pada industri susu dan turunannya, karena konsumsi susu di Amerika Serikat sangat tinggi. Ada beberapa wilayah juga padat akan industri susu seperti di wilayah pesisir timur, yakni California.
Industri peternakan di AS memiliki dua bentuk yaitu confined system dan pasture system, tergantung pada akses lahan. Pasture system diterapkan dengan melepasliarkan sapi perah di lahan rumput yang luas, sedangkan confined system dipelihara dalam kandang besar selama hidupnya.
"Mengapa perlu ada manajemen pupuk, karena di Amerika Serikat terdapat lebih dari 9,4 juta hewan ternak yang tergabung sebagai industri unggas, sapi, domba, dan kambing. Bila tidak dikontrol, akan mencemari kualitas badan air dan terjadi nutrifikasi, yakni tingginya konsentrasi nutrien dalam air, sehingga dapat menimbulkan ledakan populasi alga," tutur Alice.
Sementara itu, industri peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca dalam jumlah yang cukup besar, sehingga perlu upaya intensif untuk mencegah polusi lebih lanjut dimulai dengan manajemen pupuk yang berkaitan erat dengan pemeliharaan ternak.
Pemberian pakan ternak yang berasal dari tanaman kaya nitrogen atau pupuk berlebih akan terbuang kembali sebagai pupuk.
Upaya manajemen pupuk dimulai dengan pengumpulan pupuk yang "diproduksi" oleh hewan ternak dengan metode scrapping ataupun flushing.
Metode flushing lebih direkomendasikan daripada scrapping dengan alat tradisional seperti sekop, karena menggunakan air daur ulang serta dapat mengumpulkan pupuk dan amonia lebih baik.
Setelah dikumpulkan, limbah pupuk disimpan dalam sebuah konstruksi mirip laguna yang dibangun dengan peraturan tertentu dan jauh dari sumber air minum warga. Kemudian diolah kembali sebagai kompos, anaerobic digester, atau slurry fertilizer.