Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyediakan anggaran senilai Rp270 miliar untuk menyukseskan program Merdeka Belajar Episode 11, Kampus Merdeka Vokasi.
Program yang memiliki visi yang sama dan merupakan perluasan dari program sebelumnya, Merdeka Belajar episode 2: Kampus Merdeka, yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada perguruan tinggi untuk berkiprah dengan anggaran khusus.
Dari Rp270 miliar dana pendidikan yang disiapkan, Rp90 miliar di antaranya disediakan bagi program SMK-D2 jalur cepat dan program peningkatan program studi D3 menjadi sarjana terapan (D4).
Sementara itu, untuk dana padanan (matching fund), anggaran yang disiapkan sebesar Rp180 miliar untuk pengembangan Pusat Unggulan Teknologi, hilirisasi produk riset terapan, dan start-up kampus vokasi yang dibangun bersama industri.
“Untuk dana kompetitif setiap usulan akan diberikan maksimal Rp1 miliar tergantung kualitas usulan. Sementara itu, untuk dana padanan itu harus memiliki kualifikasi dan ketentuan sesuai dengan persyaratan,” ujar Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Benny Bandanadjaja, mengutip keterangan resmi Kemendikbudristek, Rabu (27/5/2021).
Adapun persyaratan di antaranya harus bisa bisa meraih partner industri dengan kontribusi dana incash atau inkind dari industri. Perbandingan dana yang akan diberikan juga bisa mencapai maksimal 3:1. Artinya, bila industri memberikan Rp1, pengusul akan mendapat maksimal Rp3 rupiah dari Kemendikbudristek tergantung kualitas usulannya.
Benny mengatakan, bagi para pemangku kepentingan yang hendak mengikuti program ini, petunjuk teknis dapat diakses pada laman ppptv-ptn.kemdikbud.go.id (untuk dana kompetitif) dan kedaireka.id/diksi (untuk dana padanan).
“Di sana, ada panduan template usulan, cara mengusulkan dan sebagainya, tentunya komunikasi tidak terbatas pada website saja, kita melakukan sosialisasi dan komunikasi lanjut bila diperlukan. Kedai Reka itu kan diinisiasi oleh Ditjen Dikti, di dalamnya ada platform yang mempertemukan industri dengan perguruan tinggi,” ujar Beny.
Saat ini sudah ada lebih dari 31 prodi unutk SMK D-2 jalur cepat (fast track) yang menyatakan minat. Sementara itu, untuk SMK sudah ada ratusan peminat namun mereka tetap harus mengusulkan dalam bentuk proposal.
Selanjutnya, terkait dengan animo dari dunia kerja, harapannya dengan program ini dapat lebih meningkatkan kerja sama antara SMK, perguruan tinggi, dan dunia kerja menjadi lebih tinggi lagi.
“Kalau dulu kerja samanya mungkin hanya sebatas magang, sekarang bisa kita tambah menjadi pengembangan kurikulum, mungkin dosennya bisa mengajar dan sebagainya sehingga semakin banyak bentuk kerja samanya, memenuhi paket link and match 8+i yang dicanangkan Ditjen Diksi,” ujar Beny.