Bisnis.com, JAKARTA - Israel menghancurkan gedung al-Jalaa di Gaza, Palestina dengan tiga rudal.
Gedung ini merupakan pemukiman bagi 60 keluarga dan kantor media internasional seperti Al Jazeera hingga Associated Press.
Israel mengklaim gedung tempat sejumlah kantor berita yang vokal memberitakan keadaan di Palestina itu menjadi tempat mata-mata Hamas bersembunyi.
Hal itu dinyatakan langsung oleh tentara Israel (Israel Defense Forces atau IDF) bahwa mereka mengincar al-Jaala dengan sebutan “markas penting bagi operasi Hamas.”
“Pangkalan ini mengumpulkan intel untuk menyerang Israel, memproduksi senjata & menempatkan peralatan untuk menghambat operasi IDF,” tulis IDF melalui akun Twitter-nya pada Minggu (16/5/2021).
Mereka mengatakan telah memperingatkan warga sipil terkait dengan rencana penggempuran gedung tersebut dan memberikan waktu yang cukup untuk mengevakuasi diri. Namun, mereka berjanji akan terus melakukan serangan untuk melindungi rakyat Israel.
“Hamas memilih untuk bersembunyi di tengah masyarakat sipil saat melakukan serangan terhadap Israel. Pilihan ini tidak memberikan kekebalan bagi teroris Hamas dari serangan IDF,” katanya.
Sementara itu, Presiden dan CEO Associated Press (AP) yang berbasis di New York menampik adanya unsur Hamas seperti yang dituduhkan oleh Israel. Pruitt menyebut serangan ini mengejutkan dan mengerikan.
“Kami tidak punya indikasi adanya keberadaan atau aktifnya Hamas di gedung tersebut. Ini adalah sesuatu yang secara aktif terus kami periksa dengan kemampuan terbaik kami. Kami tidak akan pernah dengan sengaja membahayakan jurnalis kami,” kata Pruitt.
Bagi AP, lantai teratas dan teras atap telah menjadi lokasi penting untuk peliputan konflik Israel dengan penguasa Gaza, Hamas selama 15 tahun, termasuk peperangan pada 2009, 2012, dan 2014.
Hal yang sama diungkapkan oleh koresponden Al Jazeera Safwat al-Kahlout yang telah bertugas di sana lebih dari 10 tahun. Dia mengatakan tidak pernah melihat ada yang mencurigakan dari orang-orang yang tinggal di sana.
Dia juga mengkonfirmasi kepada teman-temannya bahwa tidak ada unsur militer Hamas yang keluar masuk dari gedung tersebut.
Menurutnya, penghuni al-Jalaa diminta untuk segera meninggalkan rumahnya setelah ada telepon dari tentara Israel yang memperingatkan serangan yang akan datang sekitar 1 jam sebelum itu terjadi.
Al-Kahlout yang pada saat itu berada di dalam gedung mengatakan dia dan rekan-rekannya langsung mengemasi barang-barang, termasuk peralatan liputan seperti kamera. Namun, 1 jam tidaklah cukup.
“Sekarang, orang bisa memahami perasaan orang-orang yang rumahnya hancur akibat serangan udara semacam itu. Rasanya sulit untuk bangun dan kemudian Anda menyadari bahwa kantor Anda tidak ada di sana dengan semua pengalaman karier, kenangan yang Anda miliki,” ungkapnya.
Dalam sebuah pernyataan, Al Jazeera menyerukan kepada seluruh media dan organisasi internasional agar bersatu mengecam serangan tersebut dan meminta pertanggung jawaban pemerintah Israel.
“Al Jazeera mengutuk keras pemboman dan penghancuran kantor kami oleh militer Israel di Gaza dan memandang ini sebagai tindakan yang jelas untuk menghentikan jurnalis melakukan tugas suci mereka untuk menginformasikan dunia dan melaporkan kejadian di lapangan,” tulisnya.
Al Jazeera berjanji akan mencari segala cara untuk meminta pertanggung jawaban Israel.