Bisnis.com, JAKARTA - Ketegangan kembali memanas di Laut China Selatan setelah Kapal angkatan laut China mengejar sebuah kapal sipil yang membawa awak media Filipina.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (9/4/2021), Penyiar lokal ABS-CBN mengklaim Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China mengerahkan dua kapal yang membawa rudal untuk mengusir kapal sipil Filipina saat melakukan perjalanan melintasi terumbu karang dan beting dekat dengan provinsi pulau Palawan.
Laporan tersebut menambahkan bahwa tindakan pengejaran antara kapal bersenjata dengan kapal sipil baru pertama kali terjadi.
Kejadian tersebut berawal saat kapal penjaga pantai memergoki kapal sipil Filipina. Setelah itu, tentara China memberikan peringatan lewat radio lalu mengejar mereka selama satu jam.
“[Kapal penjaga pantai China] semakin dekat sehingga haluan nomor 5101 terlihat dengan mata telanjang. Terkadang mereka berlayar di samping kapal Filipina di kedua sisinya," menurut laporan tersebut seperti dikutip, Jumat (9/4/2021)
Tak lama setelah kapal penjaga pantai berbalik, dua kapal rudal kelas Houbei muncul beberapa saat kemudian.
"Kami khawatir atas keselamatan warga sipil tak bersenjata di laut," kata juru bicara Departemen Pertahanan Nasional Arsenio Andolong dalam sebuah pernyataan pada Jumat.
Filipina telah mengarahkan angkatan bersenjata untuk menyelidiki masalah tersebut. Dia mengatakan hasilnya akan digunakan untuk mengkoordinasikan tindakan yang sesuai.
Sebelumnya, dalam percakapan telepon antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin, membahas kekhawatiran tentang kemunculan milisi maritim China di perairan sengketa, termasuk Whitsun Reef.
Mereka mengulangi seruan agar China mematuhi putusan arbitrase 2016 yang dikeluarkan sesuai dengan Konvensi Hukum Laut.
Namun, pada hari yang sama, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan kapal ikan yang disebut AS sebagai "milisi maritim" adalah niat buruk. Dia mengatakan kapal itu normal dan sah.
"China dan Filipina menjaga komunikasi yang erat. Kami mendesak pihak AS untuk menghormati upaya negara-negara kawasan untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan,” kata Zhao.
Ketegangan antara China dan Filipina meningkat dimulai ketika ratusan kapal ikan China terlihat di Whitsun Reef sehingga memicu protes dari Manila.
AS menyebutnya sebagai tindakan yang mengintimidasi, memprovokasi, dan mengancam negara lain. Sementara China berkilah mengatakan bahwa kapal-kapal itu hanya berlindung dari angin dan meminta Filipina melihat situasi secara rasional.