Bisnis.com, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika memprediksi adanya peningkatan intensitas Siklon Tropis Seroja dalam 24 jam ke depan.
Badai tersebut sempat menimbulkan dampak berupa banjir bandang hingga longsor di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur pada Senin (7/4/2021). Sebanyak 117 orang dinyatakan meninggal dunia dan puluhan lainnya masih hilang.
Berdasarkan analisis pada Rabu (7/4) pukul 1.00 WIB, posisi Siklon Tropis Seroja berada di wilayah Samudera Hindia sebelah selatan Nusa Tenggara Barat, 12.3 LS, 118.8 BT atau sekitar 335 kilometer sebelah selatan-barat daya Waingapu.
Arah gerak siklon ini terpantau menjauhi wilayah Indonesia menuju ke barat daya dengan kecepatan 6 knots atau 10 kilometer per jam.
"Berdasarkan data, kekuatan dari siklon tropis tersebut mencapai 35 knots atau 65 kilometer per jam dengan tekanan 995 hPa," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan resmi, Rabu.
BMKG menyimpulkan posisi pergerakan siklon akan cenderung menuju Samudera Hindia sebelah selatan Bali, 14.4 LS, 115.7 BT atau sekitar 730 kilometer sebelah barat daya Waingapu dan menjauhi wilayah Indonesia.
Sementara itu, kekuatan siklon ini juga menguat hingga 40 knots atau 75 kilometer per jam dengan tekanan 994 hPa.
Kendati cenderung menjauhi wilayah Indonesia, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir serta angin kencang dapat terjadi di wilayah Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Sedangkan hujan dengan intensitas sedang bisa terjadi di Nusa Tenggara Timur.
BMKG juga memprakirakan dampak dari siklon tersebut akan memicu adanya gelombang setinggi 2,5-4,0 meter di Perairan barat Lampung, Samudera Hindia barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan Perairan selatan Pulau Jawa hingga NTB, Samudera Hindia selatan Pulau Jawa hingga Bali, Perairan selatan Pulau Sumba hingga Pulau Rote.
Selain itu, gelombang setinggi 4,0-6,0 meter berpeluang terjadi di Perairan selatan NTB hingga selatan Pulau Sumba.
"Pemangku kebijakan di daerah diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan mengambil tindakan yang dianggap perlu guna mitigasi dan pengurangan risiko bencana untuk ke depannya," kata Raditya Jati.
Selain itu, masyarakat diminta waspada dan dapat mengantisipasi segala sesuatu dalam kaitan potensi bencana yang dapat dipicu oleh faktor cuaca tersebut.