Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Betulkah Ada Klaster Teroris di Makassar?

Fakta yang ada menimbulkan dugaan ada klaster teroris di Kota Makassar yag dikenal dengan Pantai Losari dan kulinernya yang khas seperti pisang epek dan es palu butung tersebut.
Penjagaan ketat dilakukan Polisi di sekitar lokasi aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral, Jl Kajoalalido, Makassar, Minggu (28/3/2021)./Bisnis-Wahyu Susanto
Penjagaan ketat dilakukan Polisi di sekitar lokasi aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral, Jl Kajoalalido, Makassar, Minggu (28/3/2021)./Bisnis-Wahyu Susanto

Bisnis.com, MAKASSAR - Kasus bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, membuat arsip soal terduga teroris di kota itu dibuka kembali.

Catatan Kepolisian menunjukkan kasus lama di wilayah itu terkait dengan terduga teroris di Perumahan Villa Mutiara.

Sementara, kasus bom bunuh diri di depan Gereka Katedral Makassar juga disebut-sebut terkait dengan perumahan yang sama.

YSF istri L, keduanya tewas dalam aksi bom bunuh diri tersebut diidentifikasi aktif dalam pengajian tersangka teroris di Villa Mutiara Makassar.

Fakta itu menimbulkan dugaan ada klaster teroris di Kota Makassar yag dikenal dengan Pantai Losari dan kulinernya yang khas seperti pisang epek dan es palu butung tersebut.

Berdasar catatan Antara, pada awal 2021, Kota Makassar mulai dikait-kaitkan dengan keberadaan teroris.

Pada 6 Januari 2021, gabungan Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri dan Brimob Polda Sulsel menggerebek sebuah rumah Cluster Biru, Perumahan Villa Mutiara, di Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar.

Aparat mengamankan RZ, 44, dan AZ, 22, keduanya bertalian keluarga sebagai mertua dan mertua.

Dua orang ini disebut-sebut sebagai bagian dari jaringan kelompok Anshor Daulah Islamiyah (ADI). Keberadaan mereka sudah terpantau cukup lama sebelum penggerebekan dilakukan.

RZ alias Ri (menantu) dan MA alias AZ (mertua) akhirnya meninggal dunia karena melakukan perlawanan kepada polisi saat akan ditangkap dan dibawa ke Mabes Polri untuk dilakukan pemeriksaan.

Polisi juga membawa 18 orang ke Mabes Polri di Jakarta untuk dilakukan pendalaman, termasuk satu orang yang dibawa menyusul setelah menjalani perawatan akibat luka tembak.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Merdisyam mengatakan 18 orang itu diambil dari dua rumah di Perumahan Villa Mutiara Cluster Biru Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya, Makassar.

"Ada 20 orang semua, dua yang meninggal dunia dan 18 orang diamankan untuk dibawa ke Mabes oleh anggota Densus," ujar Irjen Pol Merdisyam.

Versi polisi, belasan orang itu merupakan kerabat dekat dari kedua terduga teroris RZ (mertua) dan AZ (menantu) yang tewas tertembak setelah melakukan perlawanan dengan menggunakan senjata tajam maupun senapan angin.

Jenazah kedua terduga teroris itu kemudian dimakamkan di salah satu tempat pemakaman umum (TPU) di Gowa, sekitar 20 kilometer dari Kota Makassar.

Irjen Merdisyam mengungkapkan RZ dan AZ yang tewas tertembak itu pernah dicegah keberangkatannya ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ISIS pada 2016.

"Tahun 2016 dicegah di Bandara Soekarno-Hatta. Saat itu, mereka bersama keluarganya akan bergabung dengan ISIS di Suriah, tapi langsung dicegah," ujarnya.

Sejak pencegahan itu, aktivitas terduga teroris tersebut terus dipantau. Keduanya ditengarai memiliki jaringan sangat luas dan sudah baiat kepada khilafah atau ISIS pada 2015 di Ponpes Aridho Pimpinan Ustaz Basri.

Di mata tetangganya di perumahan elite itu, Ri dan AZ sering bersikap tertutup.

Rahman, salah seorang warga Perumahan Villa Mutiara Cluster Biru mengungkapkan bahwa keduanya sering melakukan pengajian dan jika ada tetangga mendekat langsung dilarang.

"Kalau warga di sini mau mendekat, itu dilarang. Teman-temannya biasa datang kumpul-kumpul melakukan pengajian-pengajian. Kami tidak tahu karena hanya sebatas memantau saja," kata Rahman.

Para tetangga mengetahui beberapa kali AZ mengajak rekan-rekannya dari luar kompleks untuk melakukan kajian-kajian agama. Mereka semua memakai gamis.

Bom Bunuh Diri

Sejak penangkapan di perumahan elite di Kota Makassar itu, sejumlah pihak mulai menduga-duga, bahkan ada yang mengkhawatirkan kemungkinan terjadi aksi bom bunuh diri ala teroris.

Analis Utama Intelijen Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Indonesia Brigadir Jenderal Polisi Ibnu Suhendra mengatakan dua terduga teroris yang tewas tertembak RZ dan AZ itu sebelumnya sudah merencanakan aksi bom bunuh diri.

"Keduanya itu sudah meniatkan dan merencanakan bom bunuh dirinya. Mengenai di mana dan kapan itu kami belum dapat," ujar Ibnu.

Ia mengatakan kedua terduga teroris ini sudah melakukan persiapan panjang untuk menyukseskan niatnya. Salah satunya berlatih secara rutin menembak di hutan dan naik gunung (i'dad).

Bukan cuma itu, sarana pendukung untuk memuluskan niatnya juga sudah disiapkan, berupa beberapa pucuk senapan angin laras panjang jenis PCP, target sasaran tembak, korek kayu, dan peralatan lain.

"Kami bergerak cepat. Mereka semua ini sudah melakukan persiapan panjang. Mereka rutin naik gunung dan latihan menembak," ucap Ibnu.

Kekhawatiran polisi terhadap RZ dan AZ yang akan melancarkan aksi bom bunuh diri di Makassar itu dapat dicegah dengan terbunuhnya kedua terduga teroris itu.

Namun, akhirnya bom bunuh diri terjadi juga di Kota Makassar, meski RZ dan AZ telah tiada. Ternyata, terduga teroris lain yang melakukannya.

Dugaan dan kekhawatiran masyarakat akhirnya menjadi kenyataan, ketika ledakan bom terjadi di gerbang Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3) sekitar pukul 10.30 WITA.

Sebanyak 20 orang yang berada di sekitar lokasi ledakan bom mengalami luka-luka, termasuk seorang petugas keamanan yang berupaya menghalau kedatangan sepeda motor yang dikendarai sepasang suami istri pelaku bom bunuh diri itu.

Luka yang diderita para korban umumnya masih dapat disembuhkan, sehingga satu demi satu korban ledakan bom kembali ke rumah, setelah menjalani perawatan medis di rumah sakit.

Society Bomber

Menurut Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo ledakan bom itu merupakan aksi bunuh diri yang sering disebut society boomber, yakni menggunakan jenis bom panci, namun membawa ledakan cukup besar sehingga berpengaruh dengan daya ledak-nya.

"Jadi kegiatan mereka terjadi saat ini, kita ketahui, adalah ledakan, adalah society bom, menggunakan jenis bom panci, dan itu terkait dengan pengungkapan," ujar Sigit.

Aksi bom bunuh diri di gerbang Katedral Makassar itu merupakan bukti nyata keberadaan teroris di Kota Makassar.

Berbagai pihak spontan bersuara, mengutuk, bahkan mendesak aparat kepolisian untuk bekerja maksimal mengusut tuntas jaringan pelaku bom bunuh diri itu.

Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaeman mengemukakan peristiwa ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Makassar itu telah mencederai toleransi beragama di daerah itu.

"Kita berduka yang sangat mendalam dan meminta kepada aparat bahwa ini harus ditelusuri dan tindak tegas sesuai hukum yang berlaku," ujarnya.

Atas nama Pemerintah Provinsi Sulsel, Andi Sudirman mengecam tindakan seperti ini dan mendukung pihak aparat keamanan untuk terus menelusuri dalang dan pelaku bom bunuh diri itu.

"Kami dukung gerakan dan tindakan secara tegas dan terukur oleh kepolisian baik pusat maupun daerah dan juga aparat TNI dan semua yang kemudian bergerak secara bersama untuk menuntaskan kasus ini," tuturnya.

Selain itu tindakan tersebut bukan bagian dari agama tertentu, meskipun mengatasnamakan agama. "Ini adalah merusak hubungan yang terjadi selama ini di negara NKRI," katanya.

Forum Kerukunan Umat Beragama Sulsel juga mengutuk keras perilaku keji yang dilakukan oleh kawanan terduga teroris, termasuk ketika membawa nama agama.

"Tentu saja perlu dikutuk, majelis kerukunan umat beragama mengutuk tindakan keji ini yang merusak orang lain dan ini sangat-sangat terkutuk," kata Ketua FKUB Sulsel Prof Rahim Yunus.

Prof Rahim mengatakan dilihat dari sudut mana saja, semua agama tidak membenarkan hal ini.

Kita mengharapkan perdamaian dan persatuan dan kerukunan. Meski berbeda-beda sesuai ajaran agama, tetapi kita tetap satu di Indonesia ini, ujarnya.

Politisi asal Kota Makassar yang kini menjabat Ketua Baleg DPR RI Supratman Andi Agtas pun berharap aparat kepolisian dapat mewujudkan harapan publik itu.

"Kita berharap penyelidikan secara maksimal untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat khususnya di Makassar," ucapnya saat MoU Badan Legislasi DPR bersama Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Makassar, Selasa (30/3).

Selain mengutuk pelaku bom bunuh diri itu, Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto mengajak seluruh pemuda untuk ikut melawan aksi terorisme.

Mereka juga diimbau untuk tidak mudah terpengaruh ajakan paham radikalisme yang bisa merusak sendi kehidupan karena berlawanan dengan ajaran agama mana pun.

"Teroris itu musuh kita, kita mengutuk keras. Mereka mengira kita akan terpecah belah, namun lewat kronologi ini masyarakat Makassar terlihat semakin kuat, dan bersatu. Kita jangan kalah atas kejadian tak terpuji ini," ujarnya saat diskusi bersama organisasi pemuda lintas agama di Makassar, Senin (29/3/2021).

Pria yang akrab disapa Danny Pomanto itu menegaskan peristiwa teror bom bunuh diri di gerbang Gereja Katedral tidak akan mempengaruhi kekuatan kesatuan bangsa, apalagi memecah belah persatuan NKRI.

Pihaknya terus mengimbau agar masyarakat tidak menyebarluaskan hal-hal negatif atas kejadian ini di sosial media, serta bijak menyikapi persoalan yang menimpa bangsa ini.

"Saya di sana kemarin [lokasi ledakan] dan antisipasi kita membuat cepat video imbauan bersama pihak TNI-Polri agar masyarakat tak perlu panik dan takut. Tetapi tetap waspada. Jangan menyebar foto-foto aksi bom di sosial media. Dan terbukti hari ini kita menunjukkan keberanian dan persatuan kita," ujarnya.

Pada kesempatan itu perwakilan pemuda Katolik juga menyampaikan rasa terimakasih kepada Pemerintah Kota Makassar atas gerak cepatnya meredam kepanikan masyarakat atas aksi tersebut.

Ia mengatakan tidak ada satu pun agama yang membenarkan ajaran untuk membunuh orang tidak bersalah apalagi menebar teror.

Kini, Danny Pomanto melibatkan para pemuda lintas agama untuk bersama-sama melawan paham radikalisme dan menjadi pelopor penjaga kedamaian antarumat beragama.

"Dua pelaku bom bunuh diri ini ternyata masih muda, berusia sekitar 23 tahun. Ini adalah usia emas pemuda dan sekarang jaringan teroris itu menjadikan pemuda sebagai targetnya," ujarnya.

Danny bermaksud membuat pasukan lintas agama untuk mengawal acara-acara keagamaan di Kota Makassar pascateror bom di Gereja Katedral Makassar.

Pasukan lintas agama yang akan dibentuk itu terdiri atas komunitas kepemudaan.

Setidaknya dalam beberapa perayaan keagamaan seperti Hari Raya Paskah pada 4 April, Bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada pertengahan Mei mendatang.

Semoga Makassar kembali aman dan kekhawatiran ada klaster teroris di Makassar bisa dihapuskan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper