Bisnis.com, JAKARTA - Uni Eropa dan Inggris kembali berselisih mengenai ekspor vaksin Virus Corona setelah Inggris dengan keras menyangkal telah memblokir pengiriman vaksin apa pun ke negara lain.
Pertikaian terbaru muncul setelah Presiden Dewan Eropa Charles Michel menuduh Inggris "melarang langsung" ekspor vaksin Covid-19.
Dia mengatakan dalam bulletin, dirinya "terkejut" ketika mendengar tuduhan nasionalisme vaksin terhadap UE pada saat bagian lain dunia, seperti Inggris dan AS, telah memberlakukan larangan langsung atas ekspor vaksin.
Kali ini bukan pertama kalinya para pejabat Eropa berkomentar tentang masalah tersebut. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, dalam konferensi pers pada Februari bahwa Amerika Serikat dan Inggris memiliki sistem yang memblokir ekspor vaksin.
Namun, Pemerintah Inggris dengan cepat menyangkal tuduhan tersebut.
“Pemerintah Inggris tidak memblokir eks vaksin Covid-19. Referensi apa pun tentang larangan ekspor Inggris atau pembatasan apa pun pada vaksin sepenuhnya salah, ” kata juru bicara pemerintah seperti dikutip CNBC.com, Selasa (30/3/2021).
Uni Eropa tidak menunggu lama untuk menjawab. Michel, yang memimpin pertemuan 27 kepala negara Uni Eropa, mengatakan di Twitter bahwa ada berbagai cara untuk memberlakukan larangan atau pembatasan pada vaksin atauobat-obatan.
"Senang jika reaksi Inggris mengarah pada transparansi dan peningkatan ekspor," tambahnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab akan berdiskusi dengan pejabat Uni Eropa pada Rabu (31/3/2021) untuk mengklarifikasi situasi terkini.
Uni Eropa, yang telah menghadapi berbagai masalah terkait peluncuran vaksinnya, memutuskan negara-negara anggotanya untuk menghentikan ekspor vaksin Covid-19 yang diproduksi di blok tersebut.
Tetapi hal itu hanya dapat diterapkan dalam dua contoh: Jika sebuah perusahaan farmasi tidak memenuhi kontrak yang dimilikinya dengan UE dan jika vaksin ditujukan ke negara-negara yang dianggap tidak rentan.
Sedangkan, negara berpenghasilan rendah dan menengah, serta negara tetangga, dikecualikan dari pembatasan itu.
Pembatasan tersebut digunakan untuk pertama kalinya minggu lalu ketika Italia menghentikan pengiriman vaksin AstraZeneca ke Australia.