Bisnis.com, JAKARTA – Pada saat ratusan korban jiwa berjatuhan di Myanmar, serangan udara militer terhadap salah satu kelompok pemberontak terbesar tengah memicu kekhawatiran masalah lain, yakni perang saudara berkepanjangan.
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (30/3/2021) Serikat Nasional Kare, badan pengawas di daerah tenggara sepanjang perbatasan di Thailand mengkonfirmasi adanya 10.000 penduduk yang melarikan diri ke zona aman setelah militer Myanmar melakukan serangan udara yang menewaskan 3 orang.
Jet-jet tempur tersebut keluar sebagai aksi balasan atas serangan pemberontak etnis Karen di pangkalan militer nasional atau Tatmadaw, di mana 10 tentara tewas dan 8 lainnya ditangkap.
Serangan itu terjadi pada hari saat 114 orang tewas dalam bentrokan militer dan polisi akhir pekan lalu. Kematian akibat bentrokan kudeta militer Myanmar kini diperkirakan mencapai 500 jiwa.
"Ada kemungkinan perbedaan dari demonstrasi massa yang mengarah ke perang saudara atau perang antar negara," kata Lee Morgenbesser, dosen di Universitas Griffith Australia.
Mengingat sifat perbatasan Myanmar yang rapuh dan kelompok etnis bersenjata yang tidak tunduk pada otoritas negara, hal ini diperkirakan akan memperluas krisis di perbatasan internasional.
Pemimpin kudeta Min Aung Hlaing telah berusaha menjangkau berbagai pasukan etnis untuk mencegah mereka bergabung bersama. Awal bulan ini dia menghapus tentara arakan dari daftar kelompok teroris menyusul bentrokan di mana mereka memperjuangkan otonomi yang lebih besar di negara bagian Rakhine barat.