Bisnis.com, JAKARTA - Hasil survei nasional terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan saat ini ada sekitar 25 persen masyarakat Indonesia yang tidak percaya bahwa vaksin anti Covid-19 yang disediakan pemerintah aman bagi kesehatan penggunanya.
Survei yang mencakup semua provinsi di Indonesia tersebut dilakukan pada 28 Februari 2021 – 8 Maret 2021 dengan metode wawancara tatap muka. Survei yang dirilis kemarin, Rabu (23/3/2021), ini melibatkan 1.220 responden yang dipilih secara acak, dengan margin of error 3,07 persen.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani menjelaskan survei itu menyatakan hanya sekitar 64 persen warga Indonesia yang percaya dan sangat percaya bahwa vaksin anti Covid-19 yang disediakan pemerintah aman bagi kesehatan penggunanya.
Sementara itu, masih ada sekitar 11 persen warga yang tidak punya sikap terkait tema itu. “Ini adalah temuan yang perlu mendapat perhatian serius,” ujar Deni.
Menurutnya, survei SMRC ini menunjukkan bahwa keyakinan akan keamanan vaksin berhubungan dengan kesediaan untuk menerima vaksin. Sekitar 64 persen warga yang percaya vaksin aman bersedia untuk divaksin, sementara hanya 16 persen warga yang percaya vaksin aman bersedia untuk divaksin.
“Mereka yang tidak percaya vaksin aman bagi kesehatan penerima sangat mungkin tidak akan bersedia memperoleh vaksin. Padahal angka 64 persen itu belum mencapai batas bawah herd immunity yang seharusnya 70 persen agar penghentian penyebaran virus Corona dapat berlangsung secara efektif,” jelasnya.
Baca Juga
Menurut Deni, terdapat sejumlah faktor yang mungkin mempengaruhi kesediaan seseorang untuk divaksin. Pertama, soal keyakinan bahwa vaksin aman.
Kedua, pengaruh dari adanya kampanye menolak vaksin. Sekitar 35 persen warga yang pernah mendapat ajakan untuk menolak vaksin menyatakan bersedia divaksin, sementara 47 persen warga yang tidak pernah mendapat ajakan menolak vaksin bersedia divaksin.
Ketiga, rasa kekhawatiran atau ketakutan akan penularan Covid-19. Survei menemukan bahwa 59 persen warga yang menyatakan sangat takut tertular vaksin menyatakan bersedia divaksin, sedangkan hanya 38 persen warga yang menyatakan tidak takut tertular virus Corona menyatakan bersedia divaksin.
Keempat, persepsi tentang masih terus bertambahnya kasus penularan Covid-19. Survei menemukan bahwa 52 persen warga yang percaya jumlah terinfeksi Covid-19 semakin banyak menyatakan bersedia divaksin, sedangkan hanya 39 persen warga yang tidak percaya jumlah terinfeksi Covid-19 semakin banyak menyatakan bersedia divaksin.
“Dengan demikian, agar kebijakan vaksinasi ini berjalan efektif, pemerintah perlu melaksanakan serangkaian langkah. Pemerintah perlu melawan kampanye antivaksin, meyakinkan rakyat bahwa vaksin aman, meyakinkan publik bahwa bahwa pandemi belum berakhir dan setiap warga bertanggungjawab untuk mencegah penyebaran wabah,” kata Deni.