Bisnis.com, DEPOK - Melalui acara pengukuhan yang berlangsung secara hybrid, Universitas Indonesia menambah jumlah profesor yang dimilikinya.
Hal itu terjadi setelah Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan delapan guru besar baru. Mereka terdiri atas enam orang Guru Besar Fakultas Kedokteraan (FK) serta dua orang Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).
Rektor UI Prof. Ari Kuncoro dalam keterangannya, Minggu (14/3/2021) mengatakan pengukuhan Guru Besar tahun ini dilaksanakan secara hybrid.
Acara pengukuhan yang berlangsung merupakan perpaduan antara aktivitas virtual dan luring (offline) di kampus UI Depok dan Salemba.
Kegiatan Pengukuhan enam guru besar Fakultas Kedokteraan (FK) dan dua Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang berlangsung secara hybrid./Antara/Humas UI)
Pada sesi pertama dikukuhkan empat profesor, yaitu Prof. dr. Elisna Syahruddin, Ph.D, SpP(K) sebagai Guru Besar Tetap FK UI dengan kepakaran bidang ilmu pulmonologi dan kedokteran respirasi, Prof. dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, PKK, PGDRM, SpOk., Ph.D sebagai Guru Besar bidang ilmu kedokteran okupasi.
Baca Juga
Selanjutnya Prof. Dr. Budi Frensidy, S.E., Ak., M.Com sebagai Guru Besar Tetap FEB UI bidang ilmu keuangan dan pasar modal dan Prof. Rofikoh Rokhim, S.E., S.I.P., D.E.A., Ph.D sebagai Guru Besar Tetap bidang ilmu perbankan dan keuangan.
Pada sesi kedua dikukuhkan empat profesor FK UI, yakni Prof. Dr. dr. Pustika Amalia Wahidiyat, Sp.A(K) sebagai Guru Besar Tetap FK UI dengan kepakaran bidang ilmu kesehatan anak, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K) sebagai Guru Besar Tetap bidang ilmu kesehatan anak.
Berikutnya Prof. Dr. dr. Pramita Gayatri, Sp.A(K) sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Gastrohepatologi Anak, dan Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI (Hon.) sebagai Guru Besar bidang ilmu kesehatan anak.
Prof. Elisna menjadi Guru Besar Tetap UI ke-9 dalam bidang ilmu pulmonologi dan kedokteran respirasi yang diangkat pada tahun 2021.
Pada pengukuhan ini Elisna membacakan pidato berjudul “Paradigma Baru Kanker Paru: Sebuah Penyakit Kronik”.
Menurutnya, dengan paradigma baru, target pengobatan adalah mengontrol kanker paru. Pendekatan paliatif pada tatalaksana pasien kanker paru membuat target optimis, yaitu target sembuh dalam arti kanker hilang komplit tanpa menjalani pembedahan.
Target pengobatan kanker paru tahap lanjut adalah dapat mengontrol penyakitnya dan hidup yang berkualitas pada penyintasnya.
"Di hulu (fase inisiasi dan promosi adalah fase sebelum sel kanker terbentuk) kita dapat melakukan penurunan jumlah kasus baru kanker paru dengan mengendalikan faktor risiko," katanya.
Satu hal yang pasti, faktor risiko utama kanker paru adalah paparan asap rokok, tetapi ada beberapa faktor risiko lain yang perlu diperhatikan, di antaranya riwayat TB paru, riwayat kanker dalam keluarga, dan paparan zat karsinogen di lingkungan tempat kerja.
Di hilir, usaha yang dapat dilakukan adalah untuk meningkatkan angka harapan hidup penderita maka perlu dilakukan deteksi dini.