Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Kesehatan Jepang Norihisa Tamura mengatakan kasus virus Corona atau Covid-19 di Tokyo berada dalam tren peningkatan. Kondisi itu menimbulkan pertanyaan tentang apakah keadaan darurat dapat dicabut sesuai jadwal pada 21 Maret.
Menurut Kyodo News, Jumat (12/3/2021), kasus virus Corona di wilayah Tokyo menunjukkan tanda-tanda peningkatan. Padahal, pemerintah Jepang pekan lalu memperpanjang deklarasi darurat untuk Tokyo dan tiga prefektur lainnya selama 14 hari.
Alasannya, kasus Covid-19 belum turun cukup signifikan. Di sisi lain, varian virus Corona baru yang lebih menular menjadi ancaman.
Pembatasan seperti jam kerja yang lebih pendek untuk restoran dan bar telah membantu mengurangi kasus baru di Tokyo hingga kira-kira sepersepuluh dari puncak 2.520 kasus pada 7 Januari.
Namun angka tersebut jauh dari target Gubernur Tokyo Yuriko Koike untuk membawa rata-rata tujuh hari, menjadi 70 persen dari minggu sebelumnya.
Rata-rata tujuh hari kasus baru di Tokyo telah terjebak di pertengahan hingga tertinggi 200 sejak akhir Februari, sementara hitungan harian melebihi 300 untuk hari kedua berturut-turut pada Kamis.
Tokyo, secara umum Jepang, berlomba untuk mengendalikan kasus virus Corona dan vaksinasi berjalan dengan baik saat bersiap menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas, yang dimulai 23 Juli 2021.
Baca Juga
Kampanye inokulasi Covid-19 Jepang dimulai hanya bulan lalu dengan petugas kesehatan dan telah bergerak lambat karena terhambat oleh kurangnya pasokan.
Negara tersebut sejauh ini mencatat sekitar 441.000 kasus virus Corona dan 8.400 kematian. Menteri Kesehatan Jepang Tamura mengatakan keputusan tentang apakah keadaan darurat dapat dicabut di wilayah Tokyo, yang menyumbang sekitar 30 persen dari populasi Jepang, pada akhirnya akan dibuat setelah mendengarkan pandangan para ahli.