Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bertambah 8 Demonstran Tewas Ditembak Militer Myanmar

Lebih dari 60 pengunjuk rasa tewas dan sekitar 2.000 orang ditahan oleh pasukan keamanan sejak kudeta terhadap pemerintahan sah pada 1 Februari.
Pengunjuk rasa saat melakukan aksinya di Yangon, Myanmar, 10 Februari 2021./Bloomberg/AFP/Getty Images-Sai Aung Main
Pengunjuk rasa saat melakukan aksinya di Yangon, Myanmar, 10 Februari 2021./Bloomberg/AFP/Getty Images-Sai Aung Main

Bisnis.com, JAKARTA - Delapan orang dilaporkan tewas setelah pasukan keamanan di Myanmar melepaskan tembakan ke arah demonstran yang memprotes kudeta terhadap pemerintahan sah di negara tersebut pada Februari lalu.

Dilansir South China Morning Post, Kamis (11/3/2021), enam orang tewas di pusat kota Myaing ketika pasukan menembaki demonstran. Hal itu diungkapkan salah seorang pria yang mengambil bagian dalam aksi demonstrasi dan membantu membawa mayat ke rumah sakit.

Seorang petugas kesehatan di rumah sakit tersebut memastikan keenam korban penembakan itu tewas. "Kami memprotes dengan damai. Aku tidak percaya mereka melakukannya," kata pria berusia 31 tahun itu.

Media lokal melaporkan satu orang tewas di distrik North Dagon di kota terbesar Yangon. Foto-foto yang diunggah di Facebook menunjukkan seorang pria berbaring telungkup di jalan, berdarah karena luka di kepala.

Sementara itu, satu kasus kematian dari para demonstran dilaporkan terjadi di Mandalay.

Sebelumnya, sebuah kelompok advokasi yang membantu tahanan politik mengatakan lebih dari 60 pengunjuk rasa tewas dan sekitar 2.000 orang ditahan oleh pasukan keamanan sejak kudeta 1 Februari. Militer mengatakan telah membebaskan 1.179 demonstran hingga Rabu (10/3/2021).

Amnesty International menuduh tentara menggunakan taktik tempur dengan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa. 

“Ini bukanlah tindakan kewalahan, petugas individu membuat keputusan yang buruk,” kata Joanne Mariner, Direktur Tanggapan Krisis Amnesty International.

Adapun, Dewan Keamanan PBB pada Rabu mengutuk kekerasan terhadap pengunjuk rasa dan mendesak tentara untuk menahan diri.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia berharap pernyataan Dewan Keamanan akan mendorong militer untuk menyadari pentingnya semua tahanan dibebaskan dan hasil pemilihan November dihormati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper