Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah optimistis keberhasilan program vaksinasi dapat menjadi salah satu faktor penentu atau game changer bagi pemulihan ekonomi nasional.
Menurut Said, dampak vaksinasi tidak hanya bagi penanganan Covid-19 semata, tetapi juga berdampak kepada akselerasi pertumbuhan ekonomi domestik.
“Kita punya kepentingan untuk pulih lebih cepat, agar mampu memanfaatkan aliran modal masuk ke pasar dalam negeri, memperkuat fundamental ekonomi, sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, sebelum badai kembali datang,” ujar Said, melalui keterangan tertulisnya, Senin (15/2/2021).
Menurut Said, momentum keberhasilan pelaksanaan vaksinasi sangat penting. Apalagi sejauh ini, perekonomian nasional sudah melewati masa-masa genting.
“Memang, pada triwulan II 2020 pertumbuhan ekonomi terkontraksi hingga minus 5,32 persen, tetapi setelah itu tren pertumbuhan ekonomi terus menunjukkan angka membaik,” ujarnya.
Bahkan, lanjut Said, pada triwulan III 2020 pertumbuhan mulai membaik menjadi minus 3,24 persen dan triwulan IV sebesar minus 2,19 persen.
Baca Juga
Dengan demikian, secara keseluruhan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional pada 2020 sebesar minus 2,07 persen, ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan semua indikator, baik dari sisi pengeluaran maupun dari lapangan usaha, tengah menunjukkan ke arah perbaikan.
“Dengan melihat perbaikan tersebut, saya optimistis keberadaan vaksin akan semakin mempercepat pengendalian penyebaran Covid-19, sehingga akan semakin mempercepat akselerasi pemulihan ekonomi nasional,” kata Said.
Selain program vaksinasi, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tetap akan berlanjut pada tahun ini. Hal tersebut dinilai krusial guna membantu masyarakat yang terpapar dampak Covid-19 dan perlu terus ditingkatkan.
“Kita akan terus mengawal agar program PEN 2021, agar jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan tahun 2020. Serapan anggaran untuk program yang kurang efektif, perlu dievaluasi ulang untuk memperkuat program perlindungan sosial dan pemulihan sektor UMKM,” ujar Said.
Pada bagian lain, lanjutnya, secara global saat ini negara-negara termasuk Indonesia, sedang menikmati aliran modal dari pasar internasional.
Kondisi itu, ujarnya, merupakan ini dampak kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang memberlakukan pelonggaran kuantitatif atau quantitative easing (QE) dengan melakukan pembelian obligasi besar-besaran, guna menambah likuiditas serta membangkitkan perekonomian AS yang mengalami resesi akibat pandemi Covid-19.
Namun demikian, dia mengingatkan Bank Indonesia dan Pemerintah perlu waspada terhadap titik balik kebijakan moneter di AS tersebut.
Said menyebutkan kebijakan QE tidak selamanya berlangsung, akan sangat tergantung dengan kondisi perekonomian AS sendiri.