Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tim WHO Kunjungi RS Pertama yang Rawat Pasien Covid-19 di Wuhan

Tim ahli tersebut memulai penyelidikan pada Kamis (28/1/2021), setelah menjalani masa karantina yang diwajibkan pemerintah setempat.
Anggota tim WHO yang bertugas menyelidiki asal-usul pandemi penyakit virus corona (COVID-19) duduk di bus yang meninggalkan Bandara Internasional Wuhan Tianhe di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (14/1/2021)/Antara Foto/Reuters-Thomas Peter/WSJ/cfo
Anggota tim WHO yang bertugas menyelidiki asal-usul pandemi penyakit virus corona (COVID-19) duduk di bus yang meninggalkan Bandara Internasional Wuhan Tianhe di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (14/1/2021)/Antara Foto/Reuters-Thomas Peter/WSJ/cfo

Bisnis.com, JAKARTA - Tim ahli yang menyelidiki asal-usul pandemi Covid-19 mengunjungi sebuah rumah sakit yang menjadi salah satu fasilitas pertama merawat pasien Covid-19 di Kota Wuhan, China, pada Jumat (29/1/2021).

Tim yang dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) itu pun bertemu dan berdiskusi dengan sejumlah tenaga kesehatan yang turut serta menangani pasien pada awal pandemi Covid-19.

"Kunjungan lokasi pertama yang sangat penting. Kami berada di rumah sakit yang merawat beberapa kasus Covid-19 yang pertama diketahui, bertemu dengan dokter dan staf sesungguhnya yang melakukan pekerjaan ini, melakukan diskusi terbuka tentang detail pekerjaan mereka," tulis seorang anggota tim WHO, Peter Daszak, di Twitter.

Setelah bertemu dengan para ilmuwan China sehari sebelumnya, tim tersebut berangkat ke Rumah Sakit Pengobatan China dan Barat Terpadu di Provinsi Hubei.

Zhang Jixian, direktur departemen pernapasan dan perawatan kritis rumah sakit tersebut, telah dikutip oleh media pemerintah sebagai orang pertama yang melaporkan virus Corona. Zhang pada akhir 2019 merawat pasangan lansia, yang hasil pemindaian tomografi terkomputasi (CT scan) mereka menunjukkan perbedaan dari pneumonia biasa.

Tim tersebut mulai bekerja pada Kamis (28/1/2021), setelah menjalani masa karantina yang diwajibkan pemerintah setempat. Mereka berencana mengunjungi laboratorium, pasar, dan rumah sakit selama dua minggu tersisa di Wuhan, tempat virus Corona pertama kali diidentifikasi pada akhir 2019.

Sementara rencana perjalanan pasti belum diumumkan, WHO mengatakan timnya berencana mengunjungi pasar makanan laut di pusat wabah awal serta Institut Virologi Wuhan.

Satu hipotesis, yang ditolak oleh China, adalah bahwa wabah tersebut disebabkan oleh kebocoran di laboratorium pemerintah.

Penyelidikan yang dipimpin WHO di Wuhan sempat tertunda akibat kekhawatiran atas akses dan konflik antara China dan Amerika Serikat (AS), yang menuduh China menyembunyikan tingkat keparahan awal wabah. AS juga mengkritik ketentuan kunjungan, yang juga dijalani para ahli China dalam melakukan tahap pertama penelitian.

Tim penyelidik sebelumnya ditetapkan untuk tiba di Wuhan pada awal Januari. Penundaan kunjungan mereka ke China itu mengundang kritik publik yang jarang dilakukan kepada WHO, badan kesehatan dunia yang dituduh mantan presiden AS Donald Trump 'berpihak ke China'.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan pada Jumat bahwa WHO dan para ahli China bekerja sama untuk melacak asal-usul virus, tetapi menekankan bahwa misi tersebut bukanlah penyelidikan. "Itu adalah bagian dari penelitian global, bukan penyelidikan," kata Zhao dalam konferensi pers reguler di Beijing.

China telah mendorong gagasan bahwa virus itu ada di luar negeri sebelum ditemukan di Wuhan. Media pemerintah melaporkan keberadaan virus pada kemasan makanan beku impor, juga mengutip makalah ilmiah yang menyebutkan bahwa virus itu telah beredar di Eropa pada 2019.

Kementerian Luar Negeri China juga mengisyaratkan bahwa penutupan tiba-tiba yang dilakukan pada laboratorium tentara AS di Fort Detrick di Maryland pada Juli 2019 memiliki kaitan dengan pandemi.

"Pada tahap awal di China, ini menjadi beban terutama bagi warga Wuhan ketika semua orang menyebutnya virus Wuhan, yang memalukan. Jika bisa dilacak ke sumbernya dengan jelas, menurut saya, itu bisa membersihkan nama China atau Wuhan," kata Yang You, seorang warga Wuhan berusia 30 tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper