Bisnis.com, JAKARTA - Juru bicara pemerintah Prancis melaporkan 10 persen kasus virus Corona atau Covid-19 di negara itu merupakan varian baru virus Corona yang pertama kali terdeteksi di Inggris.
Para ahli kesehatan mengatakan varian Covid-19 Inggris memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi. Saat wawancara dengan saluran radio France Inter pada Kamis (28/1/2021), Attal kembali menegaskan bahwa opsi penguncian Covid-19 yang lebih ketat masih terbuka untuk diambil oleh pemerintah Presiden Emmanuel Macron.
Prancis melaporkan hampir 27.000 kasus baru Covid-19 pada Rabu (27/1/2021), lonjakan harian tertinggi sejak pertengahan November ketika negara itu menerapkan pembatasan total kedua.
Data pada Rabu mengindikasikan bahwa aturan jam malam saat ini tidak mampu menekan penyebaran virus Corona.
Sementara itu, Inggris sedang mempertimbangkan memperketat pengawasan di perbatasan untuk mencegah masuknya varian virus Corona baru.
“Pembicaraan mulai mengarah ke perbatasan. Varian virus baru ini benar-benar membuat kita was-was dan kita harus melindungi diri dari kedatangan mereka [virus],” kata Sekretaris Kesehatan Inggris Matt Hancock, dikutip dari Bloomberg, Senin (25/1/2021).
Baca Juga
Sejumlah opsi yang masuk dalam pembahasan termasuk mengkarantina pendatang di hotel yang telah disiapkan dan melarang masuknya sejumlah pendatang dari negara tertentu.
Pengetatan perbatasan merupakan salah satu prioritas pemerintahan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk menyukseskan program vaksinasi nasional yang telah memvaksinasi 6,35 juta orang pada dosis pertama.
Hancock belum bisa memastikan apakah varian virus baru tersebut, termasuk yang ditemukan di Afrika Selatan dan Brazil, tidak mempan terhadap vaksin.
“Kami belum sampai pada kesimpulan itu. Untuk saat ini, kami hanya bisa melakukan langkah antisipasi untuk tidak membiarkan virus baru itu masuk ke Inggris,” tegasnya.