Bisnis.com, JAKARTA – Meski telah menjalin kerja sama dengan Sinovac Biotech dalam pengadaan vaksin Covid-19, tetapi tingkat efikasi CoronaVac di Brasil yang berubah menjadi 50,4 persen membuat Pemerintah Malaysia memilih untuk menahan pembelian vaksin tersebut.
Dilansir dari malaymail.com, Jumat (15/1/2021), Malaysia menyatakan akan menanti data yang lebih lengkap dari Sinovac terkait tingkat efikasi CoronaVac sebelum menyetujui pembeliannya. Pemerintah setempat mengatakan hanya bakal melanjutkan pembelian dan memasok vaksin dari Sinovac jika vaksin tersebut sudah memenuhi standar keamanan dan efikasi regulator kesehatan Malaysia.
Sehari sebelumnya, perusahaan farmasi lokal Pharmaniaga Bhd meneken kesepakatan pembelian 14 juta dosis CoronaVac dengan Sinovac dan menyampaikan bahwa produksi vaksin itu akan dilakukan di Malaysia.
Keputusan itu disambut dengan pernyataan pihak Sinovac bahwa vaksin Covid-19 yang mereka produksi aman dan efektif.
"Hasil uji klinis fase III ini cukup untuk membuktikan bahwa vaksin CoronaVac aman dan efektif untuk digunakan di seluruh dunia," papar Chairman Sinovac Yin Weidong.
Dia mengungkapkan negara-negara yang bekerja sama dengan mereka menggunakan vaksin dari batch yang sama untuk uji klinisnya, tetapi tidak menjalankan protokol uji yang sama.
Baca Juga
Pemerintah Singapura juga dikabarkan memutuskan untuk menunda pembelian vaksin ini dengan alasan yang sama.
The Guardian melaporkan pada Kamis (14/1), para ahli kesehatan khawatir hasil uji klinis yang berbeda di Indonesia, Turki, dan Brasil dapat berpengaruh terhadap kepercayaan publik. Selain itu, kurangnya data yang tersedia membuat pemahaman terhadap bagaimana vaksin ini bekerja menjadi tidak optimal.
Seperti diketahui, Turki menyatakan CoronaVac memiliki efikasi 91,25 persen, sedangkan Indonesia sebesar 65,3 persen. Adapun tim riset Brasil menyebutkan efikasinya sebesar 78 persen pada pekan lalu, sebelum kemudian mengumumkan bahwa angkanya sudah berubah menjadi 50,4 persen.
Uji coba di Brasil melibatkan 13.000 partisipan, tetapi seluruhnya adalah tenaga kesehatan. Para tenaga kesehatan ini memiliki kemungkinan lebih besar untuk lebih peka terhadap gejala yang ada dan lebih mungkin terpapar virus dibandingkan kelompok lain.
"Makin kita memasukkan penemuan yang ada ke kelompok yang lebih kecil, kekuatan dari studi yang dilakukan makin berkurang dan akibatnya temuan yang dihasilkan pun makin rancu," papar Associate Profesor di Unit Riset Penyakit Tropis Universitas Mahidol Lorenz von Seidlein seperti dilansir The Guardian.
CoronaVac menjadi pilihan sejumlah negara Asean. Selain Malaysia dan Singapura, Indonesia, Filipina, serta Thailand juga memesan dan menggunakan vaksin tersebut.