Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Kongres Amerika Serikat dilaporkan telah kembali memenuhi Gedung Parlemen (Capitol) untuk melanjutkan pengesahahan penghitungan suara elektoral dari pemilihan presiden yang dihelat pada November 2020.
Proses itu sempat terhenti lantaran sebelumnya Capitol diserbu ratusan pengunjuk rasa yang menuntut pembatalan pengesahan kemenangan presiden terpilih, Joe Biden.
Dilansir New York Times, Kamis (7/1/2021), para anggota kongres berkukuh aksi protes massa pro-Trump yang mengepung gedung itu tidak akan menghentikan proses tersebut. Mereka pun mengutuk aksi unjuk rasa brutal itu.
"Kuil demokrasi ini dinodai, jendelanya pecah, kantor kami dirusak," kata Senator Chuck Schumer, pemimpin minoritas, saat Senat berkumpul kembali.
Schumer mengatakan bahwa 6 Januari 2021 akan dikenang karena peristiwa buruk tersebut. Dia menyebut pendukung Trump yang menyerbu gedung Capitol sebagai 'para preman'.
Sebelumnya, Senator Mitch McConnell, pemimpin mayoritas, menyebut pengepungan itu sebagai 'pemberontakan yang gagal'. “Kami tidak akan tunduk pada pelanggaran hukum atau intimidasi,” katanya.
Baca Juga
Sementara itu, Wakil Presiden Mike Pence, yang dievakuasi dari Capitol selama peristiwa tersebut, berterima kasih kepada petugas penegak hukum karena memulihkan ketertiban dan melindungi para pemimpin. "Kekerasan tidak pernah menang," kata Pence.
Seperti diketahui, Kondisi Gedung Parlemen Amerika Serikat telah kondusif setelah sebelumnya diserbu ratusan pengunjuk rasa. Kabar itu disampaikan langsung oleh petinggi keamanan Kongres AS.
Kepada anggota parlemen dan wartawan yang terus berlindung di dalam kompleks, dia menyatakan bahwa Capitol sekarang aman.
Sebelumnya diberitakan, polisi yang dilengkapi senjata api dan gas air mata berusaha untuk membersihkan gedung Capitol AS dari ratusan pengunjuk rasa yang menyerbu masuk gedung.
Anggota DPR dan Senat AS terpaksa dievakuasi setelah pengunjuk rasa pro-Trump masuk ke aula Kongres dan memaksa DPR dan Senat menangguhkan sidang.