Bisnis.com, JAKARTA - Afrika Selatan sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan kembali larangan total penjualan minuman keras karena jumlah infeksi Covid-19 melonjak selama musim liburan musim panas, menurut orang yang dekat dengan masalah ini.
Dilansir Bloomberg, Senin (28/12/2020), pembatasan penjualan alkohol telah diterapkan ke berbagai tingkat sejak salah satu penguncian paling ketat di dunia diberlakukan pada bulan Maret, sebagian untuk menurunkan okupansi rumah sakit dari kecelakaan kendaraan dan kekerasan terkait alkohol.
Namun, pemerintah kehilangan pendapatan pajak sebagai akibat dari pembatasan awal pada setiap penjualan dan pedagang minuman keras dan pekerja yang dipecat.
Larangan itu kemungkinan dimulai pada Selasa besok dan berlangsung hingga 10 Januari.
Afrika Selatan memiliki tiga hari pemecahan rekor infeksi hingga 25 Desember, ketika mencatatkan 14.796 kasus baru. Menteri Kesehatan Zweli Mkhize sehari sebelumnya menyerukan langkah-langkah yang lebih ketat untuk menahan penyebaran, yang telah menghantam ekonomi. Jumlah kasus yang dikonfirmasi di negara itu melampaui 1 juta pada Minggu kemarin.
Dewan Komando Virus Corona Nasional pemerintah diperkirakan akan membahas potensi larangan alkohol, kata Lucky Ntimane, penyelenggara Formasi Pedagang Minuman Keras, yang mewakili gerai minuman keras.
Baca Juga
"Kami tidak berpikir bahwa larangan total penjualan alkohol akan menjadi solusi baik dalam jangka pendek atau panjang," kata kelompok industri itu dalam sebuah pernyataan.
Koalisi pedagang minuman keras mengusulkan langkah-langkah jam malam dan pembatasan alkohol, yang masih memungkinkan penjualan di luar gedung untuk konsumsi rumah tangga.
"Penutupan total penjualan minuman keras akan berarti berakhirnya pasar kedai minuman dan 250.000 pekerjaan langsung yang terkait dengan sektor tersebut," katanya.
Perusahaan minuman keras yang beroperasi di Afrika Selatan termasuk Anheuser-Busch InBev SA, Diageo Plcand Distell Group Holdings Ltd.