Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah China mengatakan penangkapan seorang jurnalis kantor berita Bloomberg adalah urusan internal dan memperingatkan pihak lain untuk tidak ikut campur.
Warga negara China, Haze Fan yang bekerja untuk Bloomberg, ditahan minggu lalu karena dituduh membahayakan keamanan nasional oleh pihak berwenang. Penangkapan ini merupakan yang terbaru dari serangkaian tindakan serupa yang menimpa jurnalis di China.
Uni Eropa (UE) menanggapi hal ini dengan mendesak China untuk membebaskan semua jurnalis yang ditahan terkait dengan pemberitaan mereka.
Dalam pernyataan yang dirilis Sabtu pekan lalu, Uni Eropa mengatakan pihaknya mengharapkan pihak berwenang China untuk memberikan bantuan medis jika diperlukan, akses cepat ke pengacara, dan kontak dengan keluarganya.
Klub Koresponden Asing di Tiongkok (FCCC) juga menyatakan solidaritasnya, menambahkan bahwa media internasional bergantung pada staf di China.
Namun, Kedutaan Besar China di Uni Eropa menanggapi pada Minggu lalu, dengan mengatakan bahwa Fan dicurigai terlibat dalam kegiatan kriminal yang membahayakan keamanan nasional China dan baru-baru ini diambil tindakan wajib oleh Biro Keamanan Negara Beijing sesuai dengan hukum.
Baca Juga
Di akun WeChat resminya, ditambahkan bahwa kasus tersebut saat ini sedang diselidiki sesuai dengan undang-undang dan bahwa hak Fan sepenuhnya dijamin.
"Ini sepenuhnya urusan internal China, dan tidak ada negara atau organisasi lain yang berhak ikut campur," kata Kedubes China di UE, dilansir BBC, Selasa (15/12/2020).
Fan bekerja untuk Bloomberg sejak 2017, setelah sebelumnya menulis untuk kantor berita Reuters, serta CNBC, Al Jazeera, dan CBS News.
Dia terlihat dikawal dari gedung apartemennya oleh petugas keamanan berpakaian preman pada 7 Desember 2020, tak lama setelah dia berhubungan dengan salah satu editornya.
"Kami sangat prihatin padanya dan telah secara aktif berbicara dengan pihak berwenang China untuk lebih memahami situasinya. Kami terus melakukan segala yang kami bisa untuk mendukungnya sementara kami mencari lebih banyak informasi," kata juru bicara Bloomberg yang berbasis di New York.
FCCC mengatakan dalam sebuah tweet bahwa mereka mengungkapkan solidaritasnya kepada warga negara China yang berperan besar pada operasi media asing di Negeri Panda.
"Warga negara China menawarkan penelitian kritis dan dukungan linguistik untuk liputan asing di China. Tanpa dukungan mereka, akan sulit bagi media asing untuk beroperasi di China."
FCCC juga mengatakan sedang mencari kejelasan mengapa pihak berwenang menahan Haze Fan.
Fan bukanlah jurnalis pertama yang mengalami masalah dengan otoritas China tahun ini. Sebelumnya, China secara efektif mengusir wartawan dari tiga surat kabar terkemuka Amerika Serikat yakni New York Times, Washington Post, dan Wall Street Journal. Pemerintah menarik izin media mereka dalam beberapa hari karena hubungannya dengan Washington memburuk.
Pada Agustus, pihak berwenang di Beijing menahan warga negara Australia kelahiran China, Cheng Lei, seorang jurnalis yang bekerja untuk penyiar CGTN milik pemerintah China, dengan alasan keamanan nasional. Pada September, dua koresponden Australia tiba-tiba meninggalkan China setelah mereka diinterogasi oleh kementerian keamanan negara China.
Di Hong Kong, taipan media prodemokrasi Jimmy Lai awal bulan ini didakwa berdasarkan undang-undang keamanan nasional baru yang kontroversial di wilayah itu.