Bisnis.com, JAKARTA – Tenaga medis di Korea Selatan yang telah berjuang melawan Covid-19 sejak Januari 2020, kini menderita kelelahan yang serius lantaran cepatnya laju penambahan kasus baru di tengah gelombang ketiga infeksi.
Peningkatan pesat jumlah pasien virus dalam beberapa minggu terakhir telah menyebabkan peningkatan jumlah pasien yang sakit kritis, menempatkan beban tambahan pada pekerja medis yang sudah lelah atau burnout.
Dokter dan perawat dihadapkan pada situasi yang sangat berat karena tidak ada indikasi yang jelas kapan krisis kesehatan masyarakat akan berakhir, karena kasus harian baru di negara itu terus meningkat terutama karena kelompok infeksi sporadis yang ditelusuri ke panti jompo, fasilitas keagamaan, lembaga pendidikan swasta, pangkalan militer dan pertemuan keluarga atau teman di seluruh negeri.
Melansir The Korea Times, Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (Korea Disease Control and Prevention Agency/KDCA) pada Jumat (11/12/2020) mencatat penambahan kasus positif Covid-19 baru sebanyak 689 kasus. Dengan demikian total kasus yang tercatat menjadi 40.786 kasus.
Kasus virus harian baru menandai sedikit peningkatan dari 682 yang diidentifikasi pada Rabu (9/12/2020) atau adalah angka tertinggi kedua sejak Januari ketika negara itu melaporkan kasus Covid-19 pertama yang dikonfirmasi.
Di antara 689 kasus baru, 673 ditularkan secara lokal, sedangkan 16 diimpor dari luar negeri. Di antara infeksi lokal, 512 berasal dari wilayah metropolitan Seoul, yang meliputi Provinsi Incheon dan Gyeonggi.
Baca Juga
Kepala perawat Lee Eun-joon dari Rumah Sakit Universitas Nasional Seoul yang telah merawat pasien virus mengatakan semua staf medis di sana kelelahan karena tampaknya tidak mungkin untuk mengetahui kapan pandemi akan berakhir.
"Ada peningkatan yang konsisten dalam jumlah pasien dalam kondisi kritis yang membutuhkan perawatan oksigen seperti oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO). Setiap orang fokus pada perawatan pasien itu," katanya.
Pasien yang menerima perawatan ECMO membutuhkan staf medis dua atau tiga kali lebih banyak daripada pasien umum, karena mereka dapat jatuh ke dalam kondisi kritis kapan saja.
Menurut Masyarakat Korea untuk Bedah Toraks dan Kardiovaskular, Kamis, 10 pasien lagi yang membutuhkan ECMO telah muncul selama seminggu terakhir. Tidak hanya tenaga medis, tetapi juga peneliti epidemiologi menghadapi kelelahan karena tekanan dan stres.
You Myung-soon, seorang profesor dari Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Nasional Seoul, melakukan wawancara kelompok terhadap 20 peneliti epidemiologi bulan lalu dan menemukan 80 persen peserta menderita kelelahan emosional. Beberapa peserta bahkan bermimpi untuk melakukan penyelidikan epidemiologi saat mereka tidur.
KDCA mengatakan pemerintah sedang bekerja dengan upaya maksimal untuk memperlambat penyebaran penyakit menular dengan memperluas pengujian virus di wilayah metropolitan Seoul.
"Selain tes reaksi berantai polimerase standar (PCR), kami akan menggunakan metode tes lain seperti tes air liur dan antigen, yang lebih cepat daripada tes PCR. Kami juga akan memperluas sumber daya manusia dalam penyelidikan epidemiologi dengan mengirim tentara, petugas polisi, dan pegawai negeri," kata Yoon Tae-ho, seorang pejabat senior kesehatan, dalam sebuah jumpa pers.