Bisnis.com, JAKARTA – Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru, P2G, mendapatkan laporan terjadi kebocoran data pribadi para pendidik dan tenaga kependidikan penerima Bantuan Subsidi Upah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Beredarnya data pribadi yang diduga milik para guru dan tenaga kependidikan honorer dan swasta, calon penerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) membuat para guru honorer resah.
"Dalam konten berbentuk aplikasi excel tersebut tercantum ratusan ribu nama orang yang diduga calon penerima BSU Kemdikbud,” kata Koordinator P2G Satriwan Salim dalam keterangan resmi, Kamis (19/11/2020).
Di dalam dokuman excel yang tersebar di grup WhatsApp tersebut tercantum nama, nomor induk kependudukan, nomor rekening, bahkan nama ibu kandung.
“Kami sangat menyayangkan data pribadi ini bocor dan tersebar ke publik melalui WAG," imbuh Satriwan.
Dia melanjutkan, semestinya pihak Kemdikbud dan pihak bank bisa menjaga kerahasiaan data pribadi para guru dan tenaga kependidikan yang akan menjadi calon nasabah bank tersebut. Terlebih, lanjutnya, melihat proses pendataan calon penerima BSU ini lebih praktis dan efisien.
Baca Juga
Untuk mendaftar BSU, Kemendikbud tidak melibatkan pihak ketiga atau administrasi di sekolah, seperti surat keterangan kepala sekolah, yayasan dan lainnya. Semua serba langsung antara guru honorer atau swasta dengan Kemendikbud.
Iman Z. Haeri, Kabid Advokasi Guru P2G menambahkan banyak guru honorer merasa khawatir namanya dan nama rekan-rekannya bocor. Dikhawatirkan pihak-pihak yang berniat jahat bisa saja menggunakan data pribadi tersebut untuk tindak pidana.
"Potensi penyalahgunaan data kami para guru honorer ini bisa saja dilakukan oleh pihak tertentu yang ingin mengambil keuntungan," ungkap Iman.
Para guru honorer dan swasta yang belum mendaftarkan BSU pun akhirnya merasa takut dan cemas jika mau mendaftarkan diri secara daring. Mereka takut hal yang sama akan terjadi pada diri mereka.
“Mas Menteri pasti sangat paham soal keamanan digital. Kalau kecolongan lagi, ini mirip kejadian percakapan dalam penyederhanaan draf kurikulum beberapa waktu lalu. Kali ini yang bocor data guru. Dapat bantuan subsidi saja belum, datanya sudah bocor,” imbuh Iman.
P2G meminta agar Kemendikbud dan pihak bank segera memproteksi secara kuat data pribadi para guru dan tenaga kependidikan tersebut.
Hal itu perlu dilakukan apalagi jika mengingat jumlah calon penerimanya yang cukup banyak, hingga 2,03 juta orang dengan total anggaran Rp3,66 triliun.
P2G juga meminta pihak kepolisian segera menyelidiki dugaan pembocoran data pribadi guru dan tenaga kependidikan yang saat ini tersebar di grup WhatsApp.