Bisnis.com, JAKARTA - Saham teknologi China jatuh untuk hari kedua setelah Beijing menekan industri internet, menghapus nilai lebih dari US$200 miliar.
Indeks Hang Seng Tech merosot 5,3 persen, Rabu (11/11/2020) di Hong Kong, mencatatkan kerugian dua hari sebesar hampir 10 persen. Saham Alibaba Group Holding Ltd., Tencent Holdings Ltd., JD.com Inc., Meituan dan Xiaomi Corp. merosot setidaknya 8 persen selama dua hari setelah Partai Komunis mengumumkan peraturan untuk membasmi praktik monopoli di industri internet.
Teknologi adalah sektor terbaru yang menjadi target Beijing setelah pembatasan pada perusahaan keuangan yang memicu penangguhan penjualan saham perdana Ant Group Co. senilai US$35 miliar minggu lalu.
Pemerintah Xi Jinping semakin membatasi pengaruh perusahaan swasta yang mendominasi industri internet, e-commerce, dan keuangan digital yang sedang berkembang, berpaling dari pendekatan sebelumnya yang cenderung lepas tangan.
"Saya benar-benar tersentak saat pertama kali membaca pedoman ini," kata John Dong, pengacara sekuritas di Joint-Win Partners di Shanghai, dilansir Bloomberg, Rabu (11/11/2020).
Pengawas antimonopoli China sedang mencari masukan tentang kerangka kerja untuk mengatur perilaku anti persaingan seperti berkolusi dalam berbagi data konsumen yang sensitif, aliansi yang menekan pesaing yang lebih kecil, dan mensubsidi layanan dengan biaya murah untuk menghilangkan pesaing.
Mereka mungkin juga akan meminta perusahaan yang menjalankan Variable Interest Entity dengan menarik investasi asing dan mendaftar di luar negeri untuk mengajukan permohonan persetujuan operasi tertentu.
Shen Meng, Direktur Bank Investasi Butik Chanson & Co yang berbasis di Beijing mengatakan raksasa internet telah memperluas jangkauan ke berbagai sektor seperti keuangan dan perawatan kesehatan yang penting bagi perekonomian.
"Langkah ini dapat membuat perusahaan di sektor teknologi putus asa untuk mendaftar dalam waktu dekat karena mereka yang terkena dampak akan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan bisnisnya," katanya.
Pada 3 November 2020, pembuat kebijakan mengejutkan dunia investasi dengan menangguhkan penawaran umum perdana Ant Group, sebuah perusahaan fintech milik miliarder Jack Ma.
Keputusan itu diambil dua hari sebelum saham diperdagangkan dengan setidaknya US$3 triliun pesanan dari investor individu.
Analis JPMorgan Chase & Co yang dipimpin oleh Alex Yao menulis dalam sebuah catatan mengatakan peraturan baru untuk industri internet menandakan pengetatan lebih lanjut dari ekonomi online, meskipun dampak sebenarnya akan tergantung pada bagaimana peraturan tersebut ditegakkan.
Peraturan yang diusulkan datang pada saat yang buruk bagi saham teknologi, yang sudah berada di bawah tekanan dari rotasi global yang telah mengirim Indeks Komposit Nasdaq hampir 3 persen minggu ini.
Daniel So, ahli strategi CMB International Securities Ltd. yang berbasis di Hong Kong mengatakan peraturan pengetatan Beijing, termasuk undang-undang antitrust, merupakan pukulan berat bagi raksasa teknologi.
"Ini merupakan pukulan tambahan bagi saham, ketika investor beralih ke saham-saham tradisional karena dorongan vaksin,"
katanya. Dia menambahkan perusahaan seperti Tencent dan Alibaba akan terus menghadapi tekanan turun.