Bisnis.com, JAKARTA - Donald Trump memang bukanlah presiden AS yang mendapatkan dukungan internasional. Namun bagi sebagian negara Asia, permusuhan terhadap China menjadikan Trump sebagai pilihan untuk didukung dalam Pilpres kali ini.
Sebab seperti kata pepatah, "musuh dari musuhku adalah temanku". Demikian kiranya bagi para aktivis demokrasi di Hong Kong dan Taiwan yang terkenal memusuhi dominasi Partai Komunis China atas wilayah mereka.
"Ketika Donald Trump terpilih empat tahun lalu, saya pikir AS sudah gila. Saya selalu menjadi pendukung Demokrat. Sekarang, saya mendukung Trump bersama dengan banyak pengunjuk rasa Hong Kong," kata Erica Yuen seorang aktivis dan pengusaha di Hong Kong, dilansir BBC, Rabu (4/11/2020).
Yuen mengatakan bahwa prioritas Hong Kong adalah mendapatkan seorang presiden AS yang akan memukul keras Partai Komunis China. Harapan ini dipicu oleh kritik vokal presiden AS terhadap China, khususnya yang berkaitan dengan Hong Kong.
Di bawah masa jabatan Trump, Kongres telah mengeluarkan undang-undang yang mencabut status khusus Hong Kong, yang memberikan perlakuan ekonomi preferensial kepada negara karena mereka mengatakan Hong Kong tidak lagi otonom. Sanksi juga dijatuhkan kepada kepala eksekutif Hong Kong Carrie Lam dan 10 pejabat tinggi lainnya dari Hong Kong dan China daratan.
Sementara itu, Joe Biden, juga telah berjanji untuk menghukum China atas tindakannya terhadap Hong Kong, dan menyebut Presiden China Xi Jinping sebagai preman.
Baca Juga
Namun bagi Yuen, apa yang membuat perbedaan adalah bahwa pemerintahan saat ini telah menjadi yang pertama memutuskan bahwa Partai Komunis China merugikan dunia.
"Saya tidak tahu mengapa pemerintahan Obama dan Clinton tidak menyadarinya. Mereka terlalu naif dan berpikir Partai Komunis China akan memilih jalan demokrasi dan menjadi masyarakat modern. Tapi itu terbukti tidak benar," katanya.
Hal yang sama juga disampaikan masyarakat Taiwan yang selama bertahun-tahun terlibat ketegangan dengan Beijing setelah terpecah dalam perang saudara pada 1940-an.
"Sikap Donald Trump baik untuk kami dan bagus untuk memiliki sekutu seperti itu. Ini memberi kami kepercayaan lebih dalam hal urusan luar negeri militer dan perdagangan," kata Victor Lin, yang bekerja di e-commerce.
Trump jelas telah memperluas jangkauannya ke Taiwan. Selama beberapa bulan terakhir, kedua pemerintah telah membuat langkah besar untuk menyelesaikan kesepakatan perdagangan bilateral.
Kesepakatan perdagangan dengan AS akan memungkinkan Taiwan untuk menjauh dari ketergantungannya yang besar pada China.
Lin khawatir bahwa Biden tidak akan mengambil langkah yang provokatif dalam menghadapi kemarahan Beijing. Biden secara tradisional dikenal sebagai pendukung keterlibatan dengan China. Meskipun ia telah mengubah pendiriannya baru-baru ini, hal itu belum sampai ke telinga banyak orang Taiwan yang khawatir invasi China mungkin akan terjadi.
Sejumlah aktivis di Vietnam dan Jepang juga menyerukan dukungan untuk Trump. Aktivis politik Nguyen Vinh Huu percaya bahwa hanya seseorang seperti Trump yang berani sampai pada titik sembrono dan bahkan agresi yang benar-benar dapat membuat perbedaan.
"Dan itulah yang membedakannya dari para pendahulunya. Berurusan dengan China membutuhkan orang-orang seperti itu," katanya.
Ketika Donald Trump berkuasa, Vinh mengatakan dia merasa dunia pada akhirnya akan sadar akan bahaya China dan bentuk baru dari kapitalisme negara komunis.
Secara pribadi dia berharap sikap AS yang kuat terhadap Partai Komunis China mungkin memiliki efek riak di seluruh wilayah dan akhirnya berdampak ke Hanoi.
Sementara itu, sebagian kecil masyarakat Jepang ikut mendukung Trump. Meski merupakan minoritas, para pendukung Trump di Jepang menyatakan alasan keamanan nasional sebagai motif dukungan mereka.
"Kami benar-benar menginginkan seorang pemimpin dari AS yang dapat melawan China secara agresif. Saya tidak berpikir siapa pun bisa begitu blak-blakan dan kuat, itu benar-benar harus Donald Trump," kata Yoko Ishii, seorang YouTuber Jepang.