Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan buka-bukaan mengenai pemerintahan Presiden Joko Widodo lebih condong ke China dibandingkan dengan Amerika Serikat.
Luhut bercerita bahwa saat menerima kunjungan CEO United States International Development Finance Corporation (IDFC) Adam Boehler ditanya mengenai hubungan Presiden Jokowi lebih dekat ke China dibandingkan dengan Amerika.
“Saya terbuka, jujur menyampaikan [kepada Adam Boehler] dengan China hubungan sangat bagus. Saya pun bilang sama Adam, ‘sama kalian [Amerika], sama kamu juga bagus’, tapi baru satu tahun terakhir,” ujar Luhut saat memberi pengarahan dan sosialisasi terkait Omnibus Law UU Cipta Kerja di Lemhannas Jumat (23/10/2020).
Adam Boehler adalah orang dekat Predisen AS Donald Trump. Boehler sebelumnya bergabung dengan Partai Demokrat. Namun, sejak Trump menjabat Presiden, dia merapat ke Partai Republik. Kemudian Boehler diberi mandat untuk menjadi CEO IDFC.
IDFC adalah lembaga pembiayaan investasi yang fokus pada negara-negara berkembang sesuai dengan mandat Kongres Amerika Serikat. Boehler sendiri sudah dua kali berkunjung ke Indonesia untuk menunjukkan keseriusan investasi di Indonesia.
Pada Januari 2020 Boehler telah bertemu Presiden Jokowi ditemani Luhut untuk menyampaikan minat investasi. Waktu itu Luhut menyebut IDFC akan investasi di bidang infrastruktur. Bahkan, IDFC menyiapkan dana hingga US$10 miliar.
Kali ini, Boehler membahas mengenai peluang investasi di Lembaga Pengelola Investasi atau Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia setelah UU Cipta Kerja disahkan. SWF sendiri diakomodir dalam aturan tersebut.
CEO United States International Development Finance Corporation (IDFC) Adam Boehler saat berkunjung di kantor Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Jumat (23/10/2020)/Bisnis-istimewa
Lebih lanjut, Luhut menyampaikan bahwa sebelumnya Indonesia tidak punya kontak dekat dengan para pejabat Amerika sehingga untuk kepentingan investasi pemerintah melakukan pendekatan kepada China.
“Sebelum-belumnya kita tidak punya kontak dengan Amerika. Tidak punya, ‘ya karena kalian susah ditemui, ya sudah saya juga marah dengan kalian’, minta-minta waktu ketemu, ditemuinya sama wakil menteri, ya tidak mau saya. Ya sudah kita ke sini [China], jadi jangan salahkan kami,” tutur Luhut menceritakan penjelasan kepada Boehler.
Namun, dalam pertemuan tersebut Luhut menyampaikan bahwa kiblat kerja sama Indonesia saat ini sudah bergeser ke Amerika, khususnya dalam setahun terakhir.
“Yaudah sekarang kami change [berubah], Indonesia menjadi strategic partner Amerika. Jadi sebenarnya bagaimana berdiplomasi itu penting, kita harus tau, kita ini sakti, negara yang tidak bisa dilecehkan,” terang Luhut.
Menurut Luhut, Indonesia saat ini cukup diperhitungkan oleh dua raksasa dunia, China dan Amerika, seiring dengan perseteruan mereka dari sisi ekonomi dan politik. Oleh sebab itu, , pemerintah akan memainkan peran kekuatan penyeimbang.
“Jadi balance of power itu penting. Jumlah penduduk kita terbesar setelah China, India, dan Amerika. Dari sisi ekonomi enggak jauh, kita kaya dari hasil bumi. Kalau dikelola bagus jadi power kuat. Jadi negosisasi dengan mereka begini [sambal menunjukkan tangan meminta]. Negosiasi harus sama,” tambahnya.
Seperti diketahui, investasi China di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mendominasi. China berada di urutan kedua setelah Singapura. Amerika bahkan tidak ada di peringkat lima besar meski pernah mendominasi.
Baca Juga : Bertemu Jokowi, IDFC Fokus Investasi di Infrastruktur |
---|