Bisnis.com, JAKARTA - Relawan uji vaksin buatan AstraZeneca dan Universitas Oxford yang meninggal selama uji klinis di Brasil disebabkan karena menerima plasebo atau obat kosong.
Informasi itu dikonfirmasi langsung oleh regulator Kesehatan Nasional Brasil, Anvisa, yang telah diberitahu tentang kasus tersebut pada 19 Oktober 2020.
Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menerangkan relawan yang meninggal masuk dalam kelompok penerima suntikan placebo, bukan pada vaksin yang diuji.
Plasebo digunakan sebagai media pembanding dalam rangka menguatkan tingkat validitas uji vaksin.
“Yang dilakukan secara buta, artinya tidak diketahui oleh relawan dan dokternya, siapa yang dapat suntikan placebo, biasanya vitamin atau lainnya dan suntikan vaksin yang diuji,” kata dia, Kamis (22/10/2020).
Kendati demikian, dia mengatakan, suntikan plasebo di dalam tahapan uji klinis begitu krusial. Pasalnya, metode double blind dalam suntikan plasebo dimaksudkan untuk menguatkan tingkat validitas uji terhadap kandidat vaksin.
Baca Juga
Sebelumnya, Badan Pengawasan Kesehatan Nasional Brasil, yang mengawasi beberapa uji coba vaksin Covid-19, mengatakan, orang tersebut secara sukarela menerima kandidat vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan diproduksi oleh AstraZeneca.
Anvisa mengonfirmasi telah diberitahu tentang kasus tersebut pada 19 Oktober. Beberapa media lokal termasuk surat kabar Globo menyebut relawan itu telah menerima plasebo, bukan vaksin uji.
Laporan media mengatakan sukarelawan itu adalah seorang dokter berusia 28 tahun yang bekerja di garis depan pandemi yang meninggal karena komplikasi Covid-19.
Dia telah merawat pasien Covid-19 sejak Maret di ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif di dua rumah sakit di Rio de Janeiro, kata Globo.