Bisnis.com, JAKARTA - China adalah satu-satunya negara besar yang diperkirakan akan tumbuh tahun ini, dengan permintaan ekspor yang melonjak mendorong pemulihan industri dan kendali negara tersebut terhadap wabah Covid-19 yang memungkinkannya juga membuka kembali ekonomi domestik.
Menurut survei Bloomberg, data untuk kuartal III yang akan keluar pekan depan diperkirakan akan menunjukkan produk domestik bruto (PDB) yang kembali berbalik menguat setelah sempat melemah selama paruh pertama tahun ini. Adapun, hasil industri diperkirakan akan melanjutkan pemulihan berbentuk V dan penjualan ritel akan terus tumbuh, meskipun masih jauh di bawah level pada tahun 2019.
"Pemulihan di China berada di jalurnya sementara penggeraknya berubah," tulis Larry Hu, kepala ekonomi China di Macquarie Bank Ltd di Hong Kong, dalam sebuah laporan pekan lalu seperti dilansir Bloomberg, Jumat (16/10/2020).
“Investasi aset tetap properti dan infrastruktur akan mencapai pertumbuhan puncaknya segera dan pemulihan ke depan akan didorong oleh separuh ekonomi lainnya: investasi manufaktur dan konsumsi.”
PDB China mengalami kontraksi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kuartal pertama setelah negara itu menutup perjalanan dan aktivitas ekonomi untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Penurunan tersebut berbalik dari periode April-Juni, didorong oleh pemulihan produksi industri.
Meski begitu, ekonomi diperkirakan hanya naik 0,7% dalam sembilan bulan hingga September dibandingkan periode yang sama pada 2019. Sebelum pandemi Covid-19, China telah memperkirakan untuk menetapkan target pertumbuhan di kisaran 6% pada tahun ini.
Baca Juga
Chang Shu, kepala ekonom Asia Bloomberg, menyebutkan pemulihan ekonomi hingga kuartal ketiga diperkirakan akan membuat PDB tumbuh 5,3% secara tahunan. "Indikator bulanan dari sisi penawaran (produksi industri) dan permintaan (investasi swasta dan penjualan ritel) kemungkinan akan menunjukkan momentum berlanjut sebelum kuartal terakhir tahun 2020."
Sementara itu, seberapa besar penguatan penjualan ritel bulan September merupakan salah satu fokus data yang penting. Pasalnya, permintaan konsumen menjadi elemen yang hilang dalam pemulihan sejauh ini, dengan penurunan konsumsi sekitar 9% dalam Januari - Agustus dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tanpa adanya lonjakan konsumsi yang besar pada September dan kuartal akhir 2020, konsumsi ritel China kemungkinan akan susut sepanjang tahun 2020. Pemulihan konsumsi yang baru terlihat dalam beberapa bulan terakhir tampaknya terdongkrak belanja masyarakat ekonomi menengah atas untuk barang-barang mewah dan liburan. Sementara itu, masyarakat yang lebih miskin masih terpukul keras karena kehilangan pekerjaan dan pendapatan akibat pandemi.
Setelah kontraksi yang tajam, hasil industri China kini sudah pulih. Sebagian karena permintaan ekspor yang tinggi untuk alat pelindung diri (APD) seperti masker dan pakaian medis, serta penjualan peralatan komputasi karena orang-orang di seluruh dunia bekerja dari rumah. Ekspor pada bulan September naik 9,9% dari tahun lalu, mencatatkan kenaikan bulan keempat berturut-turut.
Indikator awal untuk prospek perusahaan di bulan September juga menunjukkan kondisi rebound yang berkelanjutan, dengan manajer pembelian di perusahaan manufaktur dan non-manufaktur melaporkan peningkatan lebih lanjut. Sub-indeks untuk pesanan ekspor baru juga meningkat, menunjukkan bahwa kekuatan ekspor akan berlanjut.
Untuk mendorong investasi, pemerintah China telah mengucurkan uang stimulus ke dalam belanja infrastruktur tahun ini serta mencoba meningkatkan ekonomi dengan pendanaan yang ditargetkan sambil menghindari bubble properti.
Kemudian, tingkat pengangguran perkotaan yang disurvei diperkirakan akan terus menurun pada bulan September. Namun, hal ini hanya mencakup sebagian dari angkatan kerja dan data yang andal dan komprehensif tentang pasar tenaga kerja secara keseluruhan masih kurang.
Jutaan orang di China kehilangan pekerjaan sebagai pabrik, restoran, atau pekerja pengiriman selama penutupan, dan sejumlah orang yang tidak diketahui masih tanpa pekerjaan, atau belum kembali dari pedesaan ke kota.
Tidak ada dukungan pendapatan langsung selama pandemi ini bagi para pengangguran di China, dan bahkan mereka yang tidak kehilangan pekerjaan atau telah mendapatkan pekerjaan akan kehilangan pendapatan.
Jadi tanpa pemulihan yang kuat dalam permintaan dan pekerjaan, akan butuh waktu lama sebelum orang-orang itu memulihkan pendapatan mereka yang hilang. Tingkat pengangguran yang disurvei diperkirakan turun menjadi 5,5%.