Bisnis.com, JAKARTA – Strategi penanganan Virus Corona oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kacau, setelah tiga hari diumumkan lantaran para pemerintah regional menolak regulasinya.
Adapun, para ilmuwan mendesak untuk kembali lockdown demi menghambat penyebaran Virus Corona.
London bakal mulai melakukan pengetatan pembatasan sosial mulai Sabtu (17/10/2020), yang melarang kunjungan antartetangga.
Namun, Wali Kota Manchester, Inggris Utara, melakukan pemberontakan terbuka, menolak permintaan Johnson untuk lockdown kecuali pemerintah pusat memberikan dukungan finansial yang lebih besar.
“Langkahnya salah kalau diterapkan di bagian termiskin di Inggris, lockdown jadi hantaman berat kalau tidak diberikan dukungan finansial, terutama bagi mereka yang bisnisnya terdampak,” kata Wali Kota Manchester Andy Burnham, dilansir Bloomberg, Jumat (16/10/2020).
Di tengah lonjakan kasus Covid-19, dengan 138 kasus kematian baru pada Kamis (15/10/2020), Perdana Menteri Inggris menahan untuk tak melakukan lockdown kedua, dan menerapkan aturan pembatasan tiga tingkat di episentrum penyebaran Virus Corona.
Namun, Partai Buruh yang beroposisi dengan Johnson, mendukung dan condong untuk melakukan aturan circuit breaker yang juga direkomendasikan oleh para penasihat ilmiah pemerintah bulan lalu.
Di sisi lain, para ilmuwan masih mendorong untuk memutuskan rantai penularan dengan lockdown, tapi pun yakin kalau langkah tersebut sudah terlambat untuk menekan penyebaran virus sampai ke level seperti pada Agustus lalu.
Untuk saat ini, Johnson masih tetap pada pendiriannya untuk melakukan pembatasan regional di episentrum wabah Virus Corona.
Pada Kamis (15/10/2020) Menteri Kesehatan Matt Hancock mengumumkan aturan baru tersebut bakal diterapkan di Lodon mulai 00.01 waktu setempat Sabtu (17/10/2020).
Selain melarang berkunjun antarkeluarga, masyarakat juga diminta untuk tidak menggunakan transportasi publik.