Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mendesak Arab Saudi untuk mengakui negara Israel dan melakukan normalisasi hubungan sebagai dorongan strategis bagi negara Yahudi itu setelah melakukan normalisasi hubungan dengan dua negara lainnya.
Sebelumnya, Bahrain, yang secara ketat mengoordinasikan kebijakan luar negerinya dengan Arab Saudi, serta Uni Emirat Arab (UEA) telah menandatangani apa yang disebut sebagai Kesepakatan Abraham dengan Israel pada 15 September di Gedung Putih.
Ketika bertemu Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan di Washington kemarin, Pompeo mengatakan perjanjian itu berkontribusi besar pada tujuan bersama untuk perdamaian dan keamanan regional.
"Kesepakatan itu mencerminkan dinamika yang berubah di kawasan, di mana sejumlah negara mengakui kebutuhan kerja sama regional untuk melawan pengaruh Iran dan menghasilkan kemakmuran," kata Pompeo seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (15/10/2020).
“Kami berharap Arab Saudi juga akan mempertimbangkan untuk menormalisasi hubungannya. Kami berterima kasih kepada mereka atas bantuan yang telah mereka peroleh dalam menyukseskan Kesepakatan Abraham sejauh ini,” katanya.
Dia berharap kerajaan itu akan mendorong para pemimpin Palestina atau Otoritas Palestina (PA) untuk kembali bernegosiasi dengan Israel.
Baca Juga
AS terus berusaha membujuk lebih banyak negara Teluk untuk mencapai kesepakatan serupa dengan Israel, seperti yang dilakukan UEA dan Bahrain.
Riyadh diam-diam telah menyetujui kesepakatan UEA dan Bahrain dan mengisyaratkan bahwa mereka tidak siap untuk mengambil tindakan sendiri.
Arab Saudi, tempat kelahiran agama Islam dan tempat suci keagamaan, telah menyusun inisiatif perdamaaian pada tahun 2002. Negara-negara Arab menawarkan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai imbalan atas kesepakatan kenegaraan dengan Palestina dan penarikan penuh Israel dari wilayah yang direbut pada tahun 1967.
Analis Timur Tengah, Adnan Abu Amer, menyatakan kekhawatiran tentang konsekuensi normalisasi Israel-Arab di wilayah tersebut.
“Tampaknya Israel semakin mendapatkan landasan politik di kawasan itu selain memperluas perdagangan dan hubungan keuangan dan memperkuat poros Arab-Israel melawan Iran. Semua ini terjadi bertentangan dengan keinginan rakyat Palestina dan tanpa konsesi apapun dari Israel,” kata Adnan Abu Amer, Kepala Departemen Ilmu Politik di Universitas Umat di Gaza.