Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pidato Bos IMF Ingatkan Krisis Corona Masih Panjang

IMF melihat pandemi Covid-19 masih panjang dan ketidakpastian masih membayangi global. Sejalan dengan itu, IMF memperkirakan utang publik global akan mencapai rekor tertinggi sekitar 100 persen dari PDB pada tahun ini.
Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva dalam konferensi pers virtual Spring Meetings 2020/ Bloomberg - Andrew Harrer
Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva dalam konferensi pers virtual Spring Meetings 2020/ Bloomberg - Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva menilai bencana pandemi Covid-19 masih jauh dari selesai.

"Semua negara sekarang menghadapi apa yang saya sebut 'The Long Ascent' atau pendakian sulit yang akan panjang, tidak rata, dan tidak pasti. Serta cenderung mengalami kemunduran," ujar Georgieva dalam pidatonya, Rabu (6/10/2020)

Tidak hanya itu, dia melihat jalan ke depan penuh ketidakpastian yang luar biasa. Penemuan vaksin dan obat untuk Covid-19 dapat mempercepat pendakian. Namun, dia menilai kondisi dapat lebih buruk, jika terjadi peningkatan wabah yang signifikan.

Risiko tetap tinggi, termasuk dari meningkatnya kebangkrutan dan penilaian yang meluas di pasar keuangan dan banyak negara menjadi lebih rentan.

"Tingkat utang banyak negara meningkat karena respons fiskal mereka terhadap krisis dan kerugian besar pada output dan pendapatan. Kami memperkirakan bahwa utang publik global akan mencapai rekor tertinggi sekitar 100 persen dari PDB pada tahun 2020," ungkap bos IMF.

Adapun, pasar berkembang dan negara berpenghasilan rendah dan rapuh terus menghadapi situasi genting. Menurut Georgieva, negara tersebut memiliki sistem kesehatan yang lebih lemah. Selain itu, negara-negara ini sangat terekspos pada sektor yang paling terdampak, seperti pariwisata dan ekspor komoditas.

"Dan mereka sangat bergantung pada pembiayaan eksternal."

Sementara itu, dia melihat likuiditas yang melimpah dan suku bunga rendah memang membantu banyak negara berkembang mendapatkan kembali akses ke pinjaman, tetapi tidak satu pun negara di Afrika Sub-Sahara yang menerbitkan utang luar negeri sejak Maret.

Tingkat keparahan krisis global ini juga dibayangi oleh ada juga risiko luka ekonomi yang parah akibat kehilangan pekerjaan, kebangkrutan dunia usaha, dan gangguan pendidikan.

"Karena hilangnya kapasitas ini, kami memperkirakan output global akan tetap jauh di bawah proyeksi pra-pandemi kami dalam jangka menengah. Untuk hampir semua negara, ini akan menjadi kemunduran bagi peningkatan standar hidup," katanya

Dia menambahkan krisis ini juga membuat ketimpangan semakin parah karena dampaknya yang tidak proporsional terhadap pekerja berketerampilan rendah, perempuan, dan kaum muda.

"Jelas ada pemenang dan pecundang — dan kita berisiko berakhir dengan Kisah Dua Kota [The Tale of Two Cities karya Charles Dickens]. Kita perlu mencari jalan keluar," tegasnya.

Pada Juli Lalu, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mengalami kontraksi 4,9% tahun ini. Dalam waktu dekat, IMF akan merilis data proyeksi terbaru tentang pertumbuhan ekonomi global.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper