Bisnis.com, JAKARTA--Perdana Menteri Kirgistan Kubatbek Boronov mengundurkan diri kemarin (6/10/2020), setelah Komisi Pemilihan Umum Pusat membatalkan hasil pemilihan parlemen Minggu lalu sebagai tanggapan atas tuduhan kecurangan.
Boronov dan Dastan Jumabekov, ketua parlemen negara itu, menunjukkan surat pengunduran diri mereka pada pertemuan legislator di ibu kota Bishkek kemarin seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (7/10/2020).
Pada sesi sidang darurat, parlemen menunjuk pendiri partai oposisi Mekenchil Sadyr Zhaparov yang kalah dalam pemilihan umum, sebagai penjabat (acting) perdana menteri.
Sebelumnya, Zhaparov dibebaskan oleh pengunjuk rasa dari penjara setelah dia menjalani hukuman 11 tahun, enam bulan karena menyandera pejabat pemerintah pada 2013.
Ribuan orang turun ke alun-alun Ala-Too pada Senin (5/10/2020) untuk memprotes kecurangan pemilu. Kerusuhan yang terjadi kemudian membuat pihak keamanan merespon dengan gas air mata, peluru karet dan granat kejut. Akibatnya, seorang anak berusia 19 tahun tewas dan melukai 590 orang lainnya.
Kemudian pengunjuk rasa menyerbu Istana Putih atau kantor presiden dan parlemen negara itu. Sebanyak 13 partai oposisi sebelumnya membentuk Dewan Koordinasi sementara waktu mengambil tanggung jawab penuh guna mencari jalan keluar dari kebuntuan politik.
Walikota Bishkek dan Osh serta gubernur wilayah Naryn, Talas, dan Issyk-Kul juga telah mengundurkan diri.
Presiden Sooronbay Jeenbekov, yang bersekutu dengan Boronov, muncul untuk meminta meminta semua pihak menahan diri. Namun, sebagian besar warga percaya bahwa hari-harinya berkuasa akan segera berakhir. Kirgistan tidak asing dengan pergolakan politik. Dalam 15 tahun terakhir, negara ini menghadapi dua revolusi.