Bisnis.com, JAKARTA - Setelah lebih dari sembilan bulan berada dalam pembatasan pergerakan, sekitar setengah miliar warga China akhirnya membanjiri sektor pariwisata domestik.
Pandemi Covid-19 yang sebagian besar telah terkendali di seluruh negeri telah meningkatkan keyakinan masyarakat untuk kembali ke tempat-tempat wisata. Terbukti dengan naiknya kembali harga sewa hotel dan tiket tempat-tempat wisata yang terjual habis saat libur Hari Nasional China yang dimulai pada 1 Oktober lalu.
Selama libur panjang yang berlangsung empat ahri tersebut, sekitar 425 juta orang melakukan perjalanan di dalam negeri. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menyatakan, jumlah tersebut setara hampir 80 persen dari angka tahun lalu.
Lonjakan aktivitas itu sangat kontras dengan yang terjadi dihampir seluruh bagian dunia dimana industri pariwisata global diperkirakan akan kehilangan setidaknya US$1,2 triliun pada 2020.
Namun, risiko penularan virus dan terjadi gelombang baru tetap tinggi ketika jutaan orang bergerak selama liburan karena tidak ada tes virus atau karantina yang diperlukan. Akhir bulan lalu, China juga telah membuka perbatasannya bagi warga negara asing yang memiliki izin tinggal.
"Tidak diragukan lagi ada risiko dalam memungkinkan pariwisata massal untuk dilanjutkan. Dalam beberapa hal, ini adalah gambaran awal tentang apa yang harus dilalui oleh seluruh dunia saat perjalanan global dimulai kembali tahun depan,” kata Nicholas Thomas, profesor di keamanan kesehatan di City University of Hong Kong, dilansir Bloomberg, Selasa (6/10/2020).
Baca Juga
China belum melaporkan infeksi virus lokal sejak 15 Agustus lalu, meskipun menemukan dua kasus tanpa gejala pada akhir September, dan pemerintah telah melonggarkan hampir semua pembatasan perjalanan Covid-19. Larangan tur kelompok dicabut pada pertengahan Juli, setiap distrik di setiap kota telah ditetapkan berisiko rendah, dan hasil tes virus corona tidak lagi diperlukan untuk perjalanan lintas provinsi.
"Setidaknya sudah enam minggu kami tidak melaporkan satu pun kasus di dalam negeri, yang berarti lingkungan yang dapat diakses oleh orang biasa, bebas virus. Kemungkinan Anda bertemu dengan orang tanpa gejala sangat rendah, hampir bisa diabaikan," kata Wu Zunyou, kepala ahli epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Hal yang sama tidak terjadi di berbagai negara. Korea Selatan, misalnya, yang telah melihat kasus baru setiap hari berkisar sekitar 100 per hari, memperketat aturan jarak sosial selama dua minggu liburan berturut-turut mulai akhir September. Kota-kota dan negara-negara di Eropa sedang kembali menerapkan pembatasan dalam upaya memerangi gelombang baru pandemi yang dipicu oleh perjalanan musim panas. Namun di China, turis tampak percaya diri.
"Saya tidak khawatir mengenai virus itu," kata Zora Li yang berencana terbang ke Beijing dan Provinsi Guangxi di China selatan bersama dua anak dan orang tuanya, perjalanan pertama mereka tahun ini.