Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hebat! Negara Terkecil di Dunia ini Minta AS dan China Berdamai

Mikronesia dan negara-negara tetangganya di Kepulauan Pasifik telah lama terjebak dalam tarik ulur diplomatik antara kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan bilateral kedua negara pada KTT pemimpin negara G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Antara-Reuters-Kevin Lamarque
Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan bilateral kedua negara pada KTT pemimpin negara G20 di Osaka, Jepang, Sabtu (29/6/2019)./Antara-Reuters-Kevin Lamarque

Bisnis.com, NEW YORK - Di tengah kebingungan banyak negara untuk berpihak dalam konflik AS - China, sebuah negara terkecil di dunia berani meminta dua raksasa ekonomi itu untuk berdamai.

Mikronesia, demikian nama negara itu, meminta AS dan China meredakan ketegangan.

Imbauan tersebut disampaikan Mikronesia di saat China dan Amerika Serikat (AS) berseteru di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Minggu ini kedua negara raksasa ekonomi dunia itu berseteru karena masalah Covid-19 dan iklim.

"Mikronesia meminta teman-teman Amerika dan China kami untuk memperkuat kerja sama dan persahabatan mereka satu sama lain untuk mencapai yang terbaik bagi masyarakat global kita," kata Presiden Negara Federasi Mikronesia David Panuelo kepada Majelis Umum PBB dalam sebuah pidato video, Jumat.

Dengan populasi sekitar 113.000 jiwa, Mikronesia dan negara-negara tetangganya di Kepulauan Pasifik telah lama terjebak dalam tarik ulur diplomatik antara kekuatan ekonomi terbesar dunia.

China mengambil alih dominasi AS di wilayah yang dulu dianggap Washington berada di bawah pengaruhnya sejak Perang Dunia II.

Dalam pidato yang telah direkam sebelumnya karena pandemi, Panuelo mengakui bahwa persaingan telah bermanfaat bagi sebagian kalangan di Pasifik.

Namun, dia memperingatkan bahwa upaya itu "juga berpotensi mematahkan aliansi lama dalam komunitas Pasifik kami, dan dapat menjadi kontraproduktif bagi keinginan kolektif kita untuk solidaritas, keamanan, dan stabilitas kawasan."

Negara itu menilai perdamaian menjadi cara yang harus dikedepankan.

"Ini adalah harapan saya ... bahwa Amerika Serikat dan Republik Rakyat China bersama-sama memperjuangkan tujuan global untuk solidaritas dan kerja sama global, dari perubahan iklim hingga Covid-19," kata Panuelo. 

Pertikaian AS-China sekarang terjadi di PBB yang beranggotakan 193 negara. Di PBB, Beijing telah mendorong pengaruh multilateral yang lebih besar sebagai tantangan bagi kepemimpinan tradisional AS.

Ketegangan antara kedua negara adidaya telah mencapai titik didih di badan dunia itu terkait pandemi virus Corona, yang mematikan.

Permohonan dari Mikronesia menjadi sorotan dalam pertemuan virtual para pemimpin dunia di PBB.

Sebagian besar negara menyerukan persatuan untuk memerangi Covid-19, negara-negara lainnya pada umumnya tidak merujuk langsung ke gesekan antara AS dan China.

Direktur International Crisis Group PBB Richard Gowan mengatakan sebagian besar pemimpin ingin menghindari terjerat dalam ketegangan.

"Banyak anggota PBB menganggap AS destruktif dan China haus kekuasaan. Mereka tidak menganggap keduanya sangat menarik. Tokoh-tokoh Eropa yang ambisius seperti [Presiden Prancis Emmanuel] Macron melihat peluang untuk mengisi celah kepemimpinan, jadi mereka bersedia menantang Beijing dan Washington," ujar dia.

Persaingan

Macron berpidato di depan Majelis Umum PBB pada Selasa (22/9) setelah Presiden AS Donald Trump menuntut agar China bertanggung jawab karena telah "melepaskan" Covid-19 ke seluruh dunia.

Pernyataan Trump itu mendorong Beijing menuding sang presiden AS "berbohong" dan menyalahgunakan wadah PBB untuk memprovokasi terjadinya konfrontasi. 

"Dunia seperti sekarang ini tidak bisa turun ke persaingan sederhana antara China dan Amerika Serikat, tidak peduli bobot global dari dua kekuatan besar ini, tidak peduli sejarah yang mengikat kita bersama," kata Macron.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga memperingatkan bahwa dunia sedang menuju ke arah yang berbahaya dan "tidak dapat memiliki masa depan di mana dua kekuatan ekonomi terbesar membelah dunia dalam Fraktur Besar masing-masing dengan aturan perdagangan dan keuangannya sendiri serta kapasitas internet dan kecerdasan buatan".

Di Pasifik, China telah menjalin hubungan ekonomi yang lebih kuat dengan negara-negara kepulauan kecil, dan menarik negara-negara di kawasan itu keluar dari aliansi jangka panjang mereka dengan Taiwan.

Tahun lalu, Kiribati dan Kepulauan Solomon memilih membangun hubungan diplomatik dengan China. 

China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak memiliki hak untuk membangun hubungan antarnegara.

Empat dari 15 sekutu diplomatik Taiwan yang tersisa di Pasifik adalah Palau, Nauru, Tuvalu, dan Kepulauan Marshall.

Keempat negara itu berbicara untuk mendukung Taiwan selama pidato para pemimpin mereka di PBB.

Meski kecil dalam hal wilayah daratan, negara-negara Pasifik mengendalikan petak besar perairan yang sangat strategis, membentuk batas antara Amerika dan Asia.

Saat lautan menghangat dan permukaan laut naik, mereka juga berada di garis depan krisis iklim global.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper