Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TikTok Bidik Valuasi di AS Senilai US$60 Miliar

Oracle dan Walmart memiliki hak untuk membeli masing-masing 12,5 persen dan 7,5 persen dari saham TikTok Global di bawah perjanjian yang telah disetujui Presiden Donald Trump.
Logo TikTok ditampilkan di TikTok Creator's Lab 2019 yang digelar Bytedance Ltd. di Tokyo, Jepang, Sabtu (16/2/2019)./Bloomberg-Shiho Fukada
Logo TikTok ditampilkan di TikTok Creator's Lab 2019 yang digelar Bytedance Ltd. di Tokyo, Jepang, Sabtu (16/2/2019)./Bloomberg-Shiho Fukada

Bisnis.com, JAKARTA - ByteDance Ltd. berupaya mencapai kesepakatan senilai US$60 miliar dalam rencana ambil alih bisnis di Amerika Serika oleh Oracle Corp. dan Walmart Inc.

Dilansir Bloomberg, Senin (21/9/2020), menurut sumber yang dekat dengan masalah ini, Oracle dan Walmart memiliki hak untuk membeli masing-masing 12,5 persen dan 7,5 persen dari saham TikTok Global di bawah perjanjian yang telah disetujui Presiden Donald Trump. Kedua perusahaan akan membayar US$12 miliar untuk saham tersebut jika setuju dengan harga yang diminta.

Valuasi akhir belum ditetapkan karena para pihak masih menyusun struktur ekuitas dan langkah-langkah untuk keamanan data. Selain itu, Beijing juga belum menyetujui kesepakatan itu, meskipun regulator dikatakan mendukung setiap transaksi di mana ByteDance mempertahankan kendali atas algoritma dan teknologi kepemilikan lainnya.

"Saya menyetujui kesepakatan dalam konsep. Jika mereka menyelesaikannya, itu bagus. Jika tidak, tidak apa-apa juga," kata Trump kepada wartawan Sabtu pekan lalu.

Valuasi TikTok telah menjadi pertanyaan yang membayangi karena Washington dan Beijing bentrok atas negosiasi tersebut. Layanan untuk pasar AS sendiri diperkirakan bernilai US$20 miliar hingga US$50 miliar, atau bahkan lebih.

ByteDance mungkin akan memiliki sebanyak 80 persen saham TikTok Global, yang akan mencakup operasi aplikasi di AS dan seluruh dunia kecuali China. Perusahaan ventura termasuk Sequoia Capital dan General Atlantic, juga dapat memperoleh ekuitas dalam bisnis baru tersebut.

Di bawah proposal saat ini, akan ada lima kursi di dewan TikTok Global. Chief Executive Officer Walmart Doug McMillon akan menjadi direktur. TikTok Global kemungkinan akan berkantor pusat di Texas dan akan mempekerjakan setidaknya 25.000 orang AS. TikTok juga akan mempekerjakan ribuan pembuat konten, teknisi, dan staf pemasaran yang sebelumnya berlokasi di China dan di seluruh dunia.

TikTok Global bermaksud untuk mengadakan penawaran umum perdana dalam waktu 12 bulan, kata Oracle dan Walmart. Sedangkan Trump menginginkan US$5 miliar dari perusahaan baru tersebut dialokasikan untuk dana pendidikan sejarah.

Adapun Oracle akan mendapatkan akses penuh untuk meninjau kode sumber TikTok dan pembaruan untuk memastikan tidak ada pintu belakang yang digunakan oleh perusahaan induk China untuk mengumpulkan data 100 juta pengguna AS. Raksasa perangkat lunak AS itu telah memberikan jaminan bahwa mereka dapat melindungi data pengguna TikTok dari pengaruh asing.

"Oracle akan segera menyebarkan, menskalakan, dan mengoperasikan sistem TikTok di Oracle Cloud dengan cepat. Kami 100 persen yakin dengan kemampuan kami untuk memberikan lingkungan yang sangat aman ke TikTok dan memastikan privasi data untuk pengguna TikTok di AS," kata CEO Safra Catz dalam sebuah pernyataan.

ByteDance sebelumnya mendapat tekanan untuk membuat kesepakatan dengan perusahaan AS ketika Trump mengancam akan melarang aplikasi tersebut di AS karena masalah keamanan nasional. Setelah Microsoft Corp. berniat melakukan pembelian penuh atas layanan tersebut, ByteDance beralih ke penawaran Oracle di mana induk perusahaan akan mempertahankan mayoritas saham yang solid.

TikTok juga telah muncul sebagai target utama dalam upaya Trump untuk meyerang China menjelang pemilihan umum AS November mendatang. Ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat saat pemerintahan Trump melancarkan kampanye untuk menjegal pengaruh teknologi negara itu. Tencent Holdings Ltd. dan WeChat juga menghadapi larangan di AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper