Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dilarang di AS, Pemilik TikTok Akan Investasi Miliaran Dolar di Singapura

Dilansir Bloomberg, Jumat (11/9/2020), sejumlah orang-orang yang mengetahui masalah ini menyebutkan perusahaan yang berbasis di Beijing itu ingin menghabiskan beberapa miliar dolar dan menambah ratusan pekerjaan selama tiga tahun ke depan di Singapura.
Logo TikTok ditampilkan di TikTok Creator's Lab 2019 yang digelar Bytedance Ltd. di Tokyo, Jepang, Sabtu (16/2/2019)./Bloomberg-Shiho Fukada
Logo TikTok ditampilkan di TikTok Creator's Lab 2019 yang digelar Bytedance Ltd. di Tokyo, Jepang, Sabtu (16/2/2019)./Bloomberg-Shiho Fukada

Bisnis.com, JAKARTA - ByteDance Ltd., pemilik Cina dari aplikasi berbagi video TikTok, berencana menjadikan Singapura sebagai tempat berpijak untuk negara Asia lainnya, sebagai bagian dari ekspansi global perusahaan tersebut.  

Dilansir Bloomberg, Jumat (11/9/2020), sejumlah orang-orang yang mengetahui masalah ini menyebutkan perusahaan yang berbasis di Beijing itu ingin menghabiskan beberapa miliar dolar dan menambah ratusan pekerjaan selama tiga tahun ke depan di Singapura.

ByteDance Ltd juga telah mengajukan izin untuk mengoperasikan bank digital, kata sejumlah sumber yang tidak ingin disebutkan namanya. Investasi tersebut dilakukan saat prusahaan teknologi itu terpaksa menjual operasi TikTok di AS di bawah tekanan pemerintahan Trump.

ByteDance, startup paling kaya di dunia, terus maju dengan rencana untuk membawa layanan media sosialnya lebih dalam ke Asia setelah kemunduran di India dan Inggris serta AS.

Perusahaan yang dikendalikan miliarder Zhang Yiming itu telah lama mengincar Asia Tenggara dengan jumlah populasi yang melek internet sebanyak 650 juta penduduk, yang juga selama ini menjadi pasar bagi grup usaaha Alibaba Group Holding Ltd. dan Tencent Holdings Ltd.

Rencana untuk investasi di Singapura termasuk pendirian pusat data, kata sumber tersebut. Bisnis yang akan dioperasikan termasuk TikTok dan Lark, bisnis perangkat lunak perusahaan.

Menurut situs referensi pekerjaannya, ByteDance saat ini memiliki lebih dari 200 lowongan pekerjaan di Singapura, untuk posisi dalam segala hal mulai dari pembayaran hingga e-commerce dan privasi data.  

“Perusahaan telah memiliki 400 karyawan yang bekerja di bidang teknologi, penjualan dan pemasaran di negara kota itu,” kata salah satu orang.

Ketika dimintai komentar, seorang perwakilan ByteDance tidak memberikan komentar.

Adapun, Asia Tenggara berkembang pesat menjadi lokasi penting bagi perusahaan teknologi terbesar di China, mulai dari Alibaba hingga Tencent, sebagai imbas dari konflik yang semakin memanas dari AS dan pasar negara maju lainnya.

Singapura menjadi basis regional bagi perusahaan Barat dan China karena sistem keuangan dan hukumnya yang berkembang, dan karena Beijing memperketat cengkeramannya di Hong Kong.

“Singapura sangat menarik bagi perusahaan teknologi yang mencari pusat untuk mengatasi pasar Asia Tenggara karena kedekatan geografis,” kata analis Bloomberg Intelligence Vey-Sern Ling. “Tenaga kerjanya berpendidikan tinggi, paham teknologi, dan multibahasa.”

Di China, ByteDance juga menjalankan aplikasi agregasi berita Toutiao, dan kembaran TikTok yakni  Douyin. Secara kolektif, produk stabilnya memiliki lebih dari 1,5 miliar pengguna aktif bulanan. ByteDance dikatakan telah menghasilkan laba bersih lebih dari US$3 miliar dan pendapatan di atas US$ 17 miliar pada 2019.

Asia adalah area pertumbuhan bagi perusahaan, terutama ketika semakin besar kemungkinannya untuk melewatkan tenggat waktu pemerintah AS untuk penjualan operasi TikTok AS.

Sementara itu, Presiden Donald Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa dia tidak akan memperpanjang batas waktu 15 September untuk kesepakatan tersebut.

Di India, TikTok termasuk di antara lebih dari seratus aplikasi konsumen buatan China yang dilarang oleh pemerintah karena kekhawatiran tentang keamanan. SoftBank Group Corp. sedang menjajaki pengumpulan sekelompok penawar untuk aset TikTok India.

Setali tiga uang, pemerintah Inggris juga kemungkinan akan melarang TikTok memindahkan data pengguna lokal ke luar negeri.

ByteDance memimpin konsorsium yang telah mengajukan permohonan lisensi bank digital dari Monetary Authority of Singapore. Anggota lain dari grup itu termasuk perusahaan investasi swasta yang dimiliki oleh anggota keluarga Lee yang mendirikan Oversea-Chinese Banking Corp.

Regulator akan memberikan sebanyak lima izin tersebut kepada non-bank pada bulan Desember. Ant Group dan Sea Ltd. yang didukung Tencent juga telah mengajukan permohonan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Ropesta Sitorus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper