Bisnis.com, JAKARTA – Selama masa pandemi Covid-19, anak-anak terpaksa harus belajar di rumah, termasuk anak usia dini tingkat kelompok bermain. Lalu bagaimana seharusnya mendidik anak usia dini dari rumah?
Menurut Koordinator Fungsi Penilaian Direktorat PAUD Lestari Yuniarti mengatakan bahwa dalam melaksanakan PJJ PAUD yang baik, harapannya sekolah baik guru dan orang tua tidak sekadar memindahkan sekolah ke rumah.
“Pandemi kan bukan hal yang diharapkan, memang semua nggak ada yang siap. Dari Kemendikbud sendiri sudah membuat kurikulum darurat dan modul kegiatan untuk belajar di rumah baik anak tingkat PAUD,” ungkap Lestari kepada Bisnis, Rabu (9/9/2020).
Dia menjelaskan, bahwa dalam modul yang dibuat berisi penugasan dan panduan dari guru kepada orang tua untuk mempersiapkan kegiatan bermain bagi anak.
“Yang umum dilakukan misalnya guru membuat perencanaan mingguan berupa data kegiatan main menggunakan peralatan yang ada di rumah, dikaitkan dengan life skill, dan jangan sampai membebani orang tua. Maksudnya dari alat bebas, dan dari waktu juga jangan sampai mengganggu kegiatan orang tua,” jelasnya.
Adapun, dari daftar yang diberikan guru boleh dipilih dan tidak harus dilaksanakan secara berurutan. Kalau anak merasa tidak cocok dengan kegiatan yang disiapkan bisa disesuaikan dengan kemauan anak.
Baca Juga
Saat melakukan kegiatan, orang tua bisa mengamati dengan cara merekam kegiatan atau mengirim foto kepada guru. Apabila tidak punya WhatsApp, orang tua bisa menghubungi guru dan menceritakan kegaitan yang sudah dilakukan agar guru bisa melakukan penilaian dan pengukuran.
Melihat masih banyak sekolah PAUD yang memaksa melakukan proses belajar lewat aplikasi Zoom, tetap pakai seragam dan di jam-jam tertentu, Lestari mengatakan hal itu tidak dianjurkan.
“Di masa pandemi ini kalau bisa rumah menjadi tempat yang nyaman untuk anak bermain sambil belajar, jangan sampai dari usia segitu sudah merasa terpaksa untuk sekolah. Jadi diaturnya waktunya bisa fleksibel sesempatnya orang tua, kegiatannya juga bebas, misalnya membereskan kamar, membereskan sepatu, merawat tanaman dan sebagainya,” ungkapnya.
Untuk saat ini, dari kurikulum yang dibuat juga terbatas untuk komunikasi orang tua dan guru. Sementara untuk guru langsung berhubungan dengan anak belum ada modul yang dibuat, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan.