Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Pembukaan Kembali Phuket di Thailand, Kasus Corona Baru Muncul

Meski telah mencatatkan 100 hari berturut-turut tanpa penularan virus corona di Thailand pekan lalu, pihak berwenang kemudian mengkonfirmasi kasus lokal pertama sejak 26 Mei.
Pantai Patong, Phuket/Reuters
Pantai Patong, Phuket/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana Thailand untuk membuka kembali pulau Phuket bulan depan untuk wisatawan asing harus berhadapan dengan kekhawatiran penyebaran virus corona lebih lanjut.

Meski telah mencatatkan 100 hari berturut-turut tanpa penularan virus corona di dalam negeri pekan lalu, pihak berwenang kemudian mengkonfirmasi kasus lokal pertama sejak 26 Mei.

Kasus baru itu menimpa seorang pria narapidana berusia 37 tahun di sebuah penjara di Bangkok yang tidak memiliki riwayat bepergian ke luar negeri baru-baru ini.

"Pemerintah siap, tetapi masih ada kekhawatiran dari beberapa kelompok bahwa pembukaan kembali akan menyebabkan infeksi. Sudah sembilan bulan sekarang. Kami harus belajar melawan dan hidup dengan pandemi. Kami tidak bisa takut [dengan virus] itu," kata Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul, Selasa, dilansir Bloomberg, Selasa (8/9/2020).

Pembukaan kembali objek wisata untuk pelancong sebelumnya telah menyebabkan munculnya kembali infeksi di beberapa tempat seperti Pulau Karibia Aruba. Pemerintah cenderung berhati-hati untuk menyeimbangkan upaya menahan penyebaran virus dan pertimbangan ekonomi.

Sektor perhotelan dan pariwisata Thailand mengandalkan kembalinya pengunjung internasional, yang berkontribusi pada dua pertiga dari pendapatan pariwisata sebelum pandemi.

Sektor bisnis yang menjadi penopang utama produk domestik bruto (PDB) Thailand beserta jutaan pekerjaan di dalamnya juga bergantung pada upaya pembukaan kembali.

Pemerintah dan bisnis sedang mempertimbangkan biaya antara menahan risiko penyebaran infeksi dan membatasi kerusakan ekonomi yang berada di jalur rekor kontraksi 8,5 persen tahun ini.

"Kegagalan Thailand untuk meluncurkan kembali pariwisata luar negeri menciptakan skenario yang berbahaya bagi industri perhotelan Phuket," kata Bill Barnett, Direktur Pelaksana di perusahaan konsultan C9 Hotelworks Ltd.

Sementara itu, hampir 70 persen hotel yang sedang dalam pembangunan, kini prosesnya terpaksa ditunda. Barnett mengatakan dampak finansial pada pengembangan hotel dapat menyebabkan jatuhnya lapangan kerja di sektor konstruksi, real estate, ritel dan kredit konsumen yang gagal bayar.

Pemerintah Thailand telah mencoba untuk mempromosikan pariwisata domestik dengan kampanye untuk diskon 40 persen, tetapi pengeluaran lokal saja tidak dapat mengkompensasi hilangnya pendapatan dari wisatawan asing.

Di Phuket, pengunjung asing berjumlah dua pertiga dari keseluruhan wisatawan, tetapi menyumbang 90 persen dari penerimaan pariwisata.

Menurut Asosiasi Hotel Phuket, sekitar 86.000 kamar di pulau tropis itu tidak dapat mencapai titik impas atau arus kas positif hanya dengan permintaan domestik. Sebanyak 50.000 pekerjaan berpotensi hilang tahun ini jika tidak ada dukungan atau pengunjung asing. Diperkirakan tingkat okupansi sebagian besar hotel di Phuket hanya berada di kisaran satu digit persentase.

"Tidak ada jumlah permintaan lokal yang dapat mencegah hilangnya pekerjaan secara dramatis dan dengan cepat mengikis krisis keuangan bagi pemilik dan operator. Kami sangat menganjurkan pembukaan kembali yang aman, pragmatis, dan strategis bagi wisatawan asing," kata Anthony Lark, Presiden Asosiasi.

Menurut Kongsak Khoopongsakorn, Presiden Cabang Selatan Asosiasi Hotel Thailand, sementara beberapa kelompok menentang pembukaan kembali Phuket, strategi komunikasi yang jelas dan tepat waktu untuk memastikan keselamatan pengunjung dan penduduk setempat harus membantu meredakan kekhawatiran.

"Penundaan tersebut disebabkan oleh pesan yang beragam tentang rincian rencana pembukaan kembali yang aman dan menyebabkan beberapa kelompok menentang rencana tersebut. Bisnis di Phuket siap untuk pengunjung asing kembali secepat mungkin," kata Kongsak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper