Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi VIII DPR Nurhasan Zaidi menyayangkan pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi terkait radikalisme.
Dalam sebuah kegiatan, Menteri Agama menyebutkan bahwa paham radikalisme terbentuk dari anak-anak berpenampilan menarik (good looking) dan mengerti agama, serta berdakwah di masjid-masjid lembaga pemerintahan.
Menurut Nurhasan pernyataan Menteri Agama tersebut merupakan pernyataan tanpa bukti dan tidak komprehensif.
“Apakah salah, jika ada anak good looking yang hafizh Qur'an, paham bahasa Arab, faqih dalam agama dan berdakwah di lingkungan pemerintah? Haruskah kita labeli pemuda itu dengan teroris dan radikal? Menteri Agama gagal paham, ini gegabah!" tegas Nurhasan dalam pernyataan tertulisnya, Senin (7/9/2020).
Nurhasan menyampaikan seharusnya Menteri Agama memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas capaian generasi muda bangsa yang memiliki penampilan menarik serta turut serta mengabdikan diri untuk berdakwah memberikan pendalaman mengenai ajaran Islam kepada masyarakat.
“Berkali kali Menteri Agama melakukan blunder yang menyakiti umat Islam. Harusnya kita bangga bahwa generasi muda bangsa yang good looking mulai banyak yang mau mengabdikan dirinya berdakwah. Ini cukup menginspirasi, jangan malah digeneralisir sebagai modus penyebaran radikalisme tanpa dasar,” ujar Nurhasan.
Politisi Fraksi PKS ini sangat menyesalkan kejadian tersebut dan meminta Menteri Agama segera meminta maaf dan mengklarifikasi pernyataannya.
Baca Juga
"Lebih baik Menteri Agama instropeksi diri dan bebenah ke dalam. Fokus pada tupoksinya memperbaiki kualitas Madrasah dan Penyuluh Agama karena inilah ujung tombak untuk memerangi radikalisme,” kata Nurhasan.
Dia menambahkan bahwa Menteri Agama tampaknya belum paham bahwa masih ada persoalan yang mendasar pada siswa lulusan madrasah, seperti membaca Qur'an saja masih rendah, belum lagi tingkat kefahaman tentang Islam.
"Kita khawatir kualitas lulusan dan peran KUA yang rendah menjadi penyebab permasalahan ini," katanya.
Nurhasan juga meminta Menteri Agama menahan diri dan berhati-hati agar tidak membangkitkan isu radikalisme yang memecah belah umat.