Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia tercatat pernah memiliki rencana pengembangan yang prestisius dalam dunia kedirgantaraan, yakni melalui proyek pesawat N250.
Proyek itu dipimpin langsung oleh Bapak Teknologi Nasional Bacharudin Jusuf Habibie, yang kala itu menjabat sebagai Dirut PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) atau yang kini bernama PT Dirgantara Indonesia (Persero).
Namun, proyek itu kandas pada dekade 90 kendati telah berhasil menerbangkan prototipe pesawat pertamanya yakni N250 Gatotkaca pada 10 Agustus 1995.
Bahkan 25 tahun setelah itu, prototipe pesawat itu harus berakhir di museum. Pesawat N250 Gatotkaca akhirnya diangkut ke Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) Yogyakarta, Rabu (19/8/2020).
N250 Tuai Pujian Dunia
Padahal, pada masa itu N250 merupakan sebuah pencapaian yang spektakuler di bidang kedirgantaraan. Pesawat turboprop ini merupakan pesawat pertama di kelasnya, subsonic speed, yang menggunakan teknologi fly by wire atau seluruh gerakannya dikendalikan dengan komputerisasi.
Pada saat itu, N250 merupakan pesawat ketiga yang menerapkan teknologi ini, selain Airbus A-340 dan Boeing 767. Bedanya, dua pesawat pabrikan itu merupakan pesawat penumpang jet berkapasitas besar.
Tak ayal lagi, kehadiran N250 Gatotkaca menuai sukses dan pujian dari dunia.
Pesawat N250 tersebut diperkenalkan pertama kali pada masyarakat Indonesia saat rool-out tanggal 10 November 1994. Presiden Ke-2 RI Soeharto ditemani istrinya, Tien Soeharto, hadir langsung menyaksikan penampilan perdana pesawat itu di Bandara Husein Sastranegara, Bandung.
BJ Habibie bahkan sudah menyiapkan 4 desain prototipe N250 pesawat penumpang dengan kapasitas angkut 50 orang. Hal itu diakui Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro dalam wawancara dengan Tempo, di Bandung, Rabu (11/9/2019).
Sobekan kertas halaman buku tulis berisi tulisan tangan masing-masing nama-nama pesawat itu dipajang bersama gambar 4 desain pesawat itu, diparaf Habibie tanggal 17 Agustus 1993.
Presiden Soeharto kala itu bahkan sempat memberikan nama pada masing-masing gambar rancangan pesawat N250 tersebut. Pertama, Gatotkoco, lalu Kerincing Wesi, Konconegoro, dan terakhir Putut Guritno.
Empat pesawat itu disiapkan untuk menjalani uji sertifikasi agar lebih cepat rampung melalap jam terbang yang dipersyaratkan bagi pesawat baru.
Setahun berselang, N250 Gatotkaca pertama kali mengudara pada 10 Agustus 1995 di atas langit Kota Bandung dalam cuaca yang amat cerah. Peristiwa itu lalu dikenang sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas).
Patung Presiden Indonesia ketiga Bacharuddin Jusuf Habibie memegang pesawat yang masih dalam tahap pembangunan di Isimu, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Kamis (3/1/2019). Patung tersebut terbuat dari perunggu, mengenakan pakaian adat Gorontalo Takowa dan berada tepat di depan Bandara Djalaludin Gorontalo./ANTARA-Adiwinata Solihin
Berdasarkan catatan Bisnis, pada 2012 atau pada perayaan Hakteknas ke-17 yang berlangsung di Kota Bandung, BJ Habibie sempat mengungkapkan bahwa perisitiwa terbang perdana N250 tersebut adalah salah satu dari 5 tonggak sejarah bangsa Indonesia.
“Terbangnya pesawat tersebut seolah melambangkan cerahnya masa depan bangsa karena telah mampu menunjukkan kepada dunia kemampuannya dalam penguasaan sains dan teknologi secanggih apapun oleh generasi penerus bangsa,” katanya dalam sambutan saat upacara haktenas ke-17 di area Gedung Sate Bandung, Jumat (10/8/2012).
Tonggak sejarah lainnya yaitu berdirinya Budi Utomo (Hari Kebangkitan Nasional), sumpah pemuda (Hari Sumpah Pemuda), proklamasi kemerdekaan Indonesia dan kebangkitan demokrasi.
BJ Habibie juga mengungkapkan bahwa 10 tahun sebelum terbang perdana, riset dan pengembangan pesawat N250 telah dimulai.
Semua hasil penelitian dari pusat-pusat keunggulan penelitian di Eropa dan Amerika Utara dalam bidang ilmu dirgantara, aerodinamik, aerolastik, konstruksi ringan dan sebagainya telah dikembangkan dan diterapkan di industri IPTN, Puspitek, BPPT serta ITB.
Adapun, sebelum terbang perdana N250, tepatnya 9 bulan sebelumnya, Habibie diberi medali emas Edward Warner Award-50 Tahun International Civil Aviation Organisation (ICAO). Medali tersebut membuktikan Habibie sebagai tokoh yang dianggap paling berjasa dalam industri dirgantara sipil dunia.
Peristiwa terbang perdana N250 dan pemberian medali pada Habibie itu pun membuktikan kualitas SDM Indonesia sama dengan kualitas SDM masyarakat dunia.
Selain N250 Gatotkaca itu, BJ Habibie berhasil merampungkan pengembangan prototipe, yakni Koconegoro.
Pesawat N250 Gatotkaca diangkut keMuseum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) Yogyakarta - Twitter/@_TNIAU
Proyek N250 Terhenti dan Berakhir di Museum
Ide besar yang hampir rampung direalisasikan BJ Habibie berhenti total. Impian Presiden Ke-3 RI untuk membuat N250 ciptaannya bisa diproduksi massal pun kandas.
Penghentian proyek itu ternyata tidak terlepas dari krisis moneter yang mendera Indonesia pada 1997. Hal itu pun diakui Elfien Goentoro.
IPTN kala itu dipaksa menghentikan pengembangan pesawat N250. Penghentian proyek N250 menjadi salah satu butir perjanjian yang menjadi syarat International Monetary Fund atau IMF membantu Indonesia.
IMF mau membantu pemerintah dengan pinjaman US$5 juta dengan salah satu syarat menghentikan subsidi pada IPTN.
“Sayang waktu itu kita dilanda krisis, sehingga IMF meminta proyek itu dihentikan,” kata Elfien.
Dengan begitu, proyek pengembangan N250 tak dilanjutkan lagi. Hingga akhirnya datang kabar bahwa pesawat N250 Gatotkaca, pesawat pertama karya anak bangsa yang mengudara itu, akhirnya harus menjadi barang antik di museum.
Pesawat itu akhirnya diangkut ke Muspusdirla Yogyakarta. Hal itu diumumkan oleh TNI AU melalui akun Twitter resminya, @_TNIAU, Rabu (19/8/2020).
??Lama tak terdengar, pesawat N250 Gatotkaca, kini masuk sejarah baru. Pesawat karya asli Indonesia yg di 1995 menggegerkan dunia penerbangan, harus terima nasib menjadi penghuni museum. Muspusdirla Yogyakarta, menjadi akhir perjalanan sang Gatotkaca.#tniau pic.twitter.com/iwNP4OFA49
— TNI Angkatan Udara (@_TNIAU) August 19, 2020
Kini, masyarakat Indonesia hanya bisa berandai-andai bila proyek brilian BJ Habibie itu berlanjut. Bisa jadi, saat ini N250 menjadi produk ikonis Indonesia. Hal itu pun diyakini oleh Elfien Goentoro.
“Jujur saja, kalau boleh dibilang, kalau itu terus, mungkin (pesawat) ATR tidak sebanyak ini, dan N250 yang berterbangan di Indonesia,” kata dia.