Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum DPP Partai Gelora, Fahri Hamzah menyayangkan fakta bahwa vaksin yang akan diujicobakan dalam waktu dekat adalah vaksin buatan perusahaan China, Sinovac atau bukan vaksin produk dalam negeri.
Mantan wakil ketua DPR ini mempertanyakan kenapa Indonesia harus menunggu negara lain untuk menemukan vaksin bagi wabah tersebut. Dia mempertanyakan keberadaan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
"Pak @erickthohir apa kabar? Soal vaksin itu yang kita sesalkan bukan karena pak menteri gak mau disuntik. Tapi kenapa bukan produk NKRI yang disuntik? Ini bulan kemerdekaan, pandemi sudah setengah tahun: kok kita kayak nunggu negara lain? Lembaga Eijkman dll kemana?" Cuitnya melalui akun Twitter @fahrihamzah, Minggu (9/8/2020).
Unggahan Fahri Hamzah itu cukup banyak mendapat respon dari warganet. Hingga saat ini cuitan @fahrihamzah telah dikomentari 109 kali dengan 286 retweet dan 1.100 warganet menyukainya.
Pak @erickthohir apa kabar?
— #2020ArahBaru (@Fahrihamzah) August 8, 2020
Soal vaksin itu yang kita sesalkan bukan karena pak menteri gak mau disuntik. Tapi kenapa bukan produk NKRI yang disuntik? Ini bulan kemerdekaan, pandemi sudah setengah tahun: kok kita kayak nunggu negara lain? Lembaga Eijkman dll kemana?
Seperti diberitakan sebelumnya, Juru Bicara Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengataka bahwa uji klinis fase tiga dari vaksin yang dikembangkan Sinovac dengan kerja sama dengan PT Bio Farma dan Universitas Padjajaran ini dkhususkan untuk warga Bandung Raya.
Jika pengujian ini berjalan lancar maka ditargetkan pada awal 2021 akan mulai diurus izin edarnya dan mulai disebarluaskan.
Baca Juga
Bahkan, Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan bahwa pada Januari hingga Februari 2021 vaksin akan mulai disuntikkan ke puluhan juta masyarakat Indonesia.
"Uji klinis ketiga kalau ini benar semua, Januari - Februari 2021 kami bisa mulai menyuntikan sampai kurang lebih 30 - 40 juta vaksin," ungkap Erick.
Sementara itu, Erick, yang juga menjabat Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, menjelaskan alasan enggan menjadi relawan untuk uji coba klinis vaksin Covid-19 tahap ketiga.
Menurut dia, sebagai pemimpin, tak etis jika dia memperoleh imunisasi vaksin pertama kali.
"Bukannya takut, tapi lebih baik relawan yang sesuai dengan prototipe yang dicari. Meski ingin disuntik, tapi rakyat dulu. Kami sebagai pemimpin belakangan," jelasnya.