Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 terus membayangi prospek pertumbuhan dan mendatangkan ketidakpastian sejak merebak pada Februari 2020.
Kepala Ekonom Kantor Riset Ekonomi Makro Asean+3 (AMRO) Hoe Ee Khor memperkirakan pertumbuhan kawasan akan melambat tajam tahun ini menjadi 0,0 persen dibandingkan 4,8 persen pada 2019 lalu, sebelum melonjak tajam menjadi 6,0 persen pada 2021.
Negara-negara Asean+3 telah mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menahan penularan virus dan menjaga ekonomi tetap bertahan.
Langkah-langkah penahanan yang ketat untuk mencegah penyebaran virus telah menyebabkan ekonomi terhenti, juga menyebabkan peningkatan besar-besaran pada pengangguran, gangguan pada bisnis, dan lesunya permintaan domestik yang meluas.
Larangan perjalanan internasional telah menghancurkan sektor pariwisata yang sangat penting di kawasan itu. Namun, kabar yang menggembirakan, yakni pandemi telah terkendali dengan baik di wilayah tersebut dan pihak berwenang secara bertahap mulai membuka ekonomi mereka.
Indikator terbaru menunjukkan peningkatan signifikan dalam produksi dan perdagangan untuk beberapa orang, sementara indikator frekuensi tinggi dari pergerakan orang menunjukkan bahwa aktivitas di wilayah tersebut telah pulih secara bertahap dalam beberapa minggu terakhir karena langkah-langkah penahanan dikurangi.
Baca Juga
Namun, dia melihat upaya membuka pembatasan sosial juga telah menyebabkan wabah baru di beberapa tempat dan pihak berwenang harus memperketat kembali pembatasan.
"Kami mengharapkan pemulihan bertahap berbentuk U di kawasan ASEAN + 3, dipimpin oleh China," kata Hoe dalam briefing media secara virtual, Kamis (6/8/2020).
Namun, tanpa Jepang, China, dan Korea Selatan, ekonomi Asean diproyeksikan terkontraksi sebesar 2,6 persen tahun ini.
Dia menambahkan, ekonomi sembilan dari 14 negara anggota Asean+3 diperkirakan akan terkontraksi tahun ini. Ekonomi yang diproyeksikan untuk mencatat tingkat pertumbuhan positif adalah China (2,3 persen) dan ekonomi ASEAN yang lebih kecil seperti Brunei Darussalam (1,6 persen), Laos (0,5 persen), Myanmar (1,1 persen), dan Vietnam (3,1 persen). Sedangkan Indonesia diproyeksi mengalami kontraksi 0,8 persen, Thailand -7,8 persen, Singapura -6,0 persen, dan Malaysia -3,2 persen.
Lintasan pertumbuhan AMRO didasarkan pada pengendalian efektif virus Covid-19, baik secara regional maupun global.
AMRO melihat kenaikan jumlah infeksi di beberapa bagian kawasan dan di tempat lain telah meningkatkan kewaspadaan tentang serentetan penguncian lainnya, yang tidak dapat dijangkau oleh ekonomi ASEAN+3, meskipun sebagian besar masih memiliki ruang fiskal dan moneter untuk memberikan dukungan jika diperlukan.
"Tantangan terbesar yang dihadapi pembuat kebijakan ASEAN+ 3 pada paruh kedua tahun 2020 adalah menyeimbangkan trade-off antara pelonggaran pembatasan untuk menghidupkan kembali ekonomi mereka dan mempertaruhkan gelombang infeksi lain," imbuh kata Li Lian Ong, Kepala Grup dan Spesialis Utama untuk Pengawasan Keuangan dan Kepala Kelompok Penjabat untuk Pengawasan Regional di AMRO.
Dia melanjutkan, pengelolaan respons dari serangkaian kebijakan pandemi akan menjadi kunci stabilitas keuangan regional.