Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat pengangguran Selandia Baru secara tak terduga turun pada kuartal kedua karena penutupan secara nasional mencegah orang mencari pekerjaan. Sementara itu, subsidi upah pemerintah menunda dampak resesi di pasar tenaga kerja.
Badan Statistik Selandia Baru mengatakan tingkat pengangguran turun menjadi 4 persen dari 4,2 persen di kuartal pertama. Sementara para ekonom memperkirakan kenaikan menjadi 5,6 persen.
Tingkat partisipasi turun menjadi 69,7 persen, level terendah dalam empat tahun karena lebih banyak orang masuk kategori tidak aktif mencari pekerjaan.
Dengan subsidi upah yang akan berakhir pada 1 September, pasar tenaga kerja diperkirakan akan memburuk pada paruh kedua 2020. Meski demikian para ekonom mengatakan data hari ini menunjukkan tingkat pengangguran mungkin tetap di kisaran satu digit.
Reserve Bank, yang menargetkan lapangan kerja serta inflasi akan menilai apakah ekonomi membutuhkan stimulus tambahan dalam pernyataan kebijakan 12 Agustus.
"Kami masih memperkirakan tingkat pengangguran naik dari sini, tetapi puncaknya mungkin lebih rendah dari yang diperkirakan," kata Mike Jones, ekonom senior di ASB Bank di Auckland, dilansir Bloomberg, Rabu (5/8/2020).
Baca Juga
Dolar Negeri Kiwi naik setelah laporan statistik itu menjadi 66,43 sen AS pada pukul 11:52 pagi di Wellington dari 66,22 sen segera sebelum rilis.
Statistik Selandia Baru menjelaskan orang-orang yang ingin bekerja tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan selama lockdown dikategorikan di luar angkatan kerja dan bukan pengangguran. Hal itu mendorong tingkat partisipasi dan tingkat pengangguran lebih rendah.
Sementara itu, tingkat ketenagakerjaan turun 0,4 persen pada kuartal kedua, sementara jam kerja turun 10,3 persen dari kuartal pertama, menambah tanda-tanda bahwa banyak karyawan mengurangi output sementara mereka dipaksa untuk bekerja dari rumah selama lockdown.
Upah untuk pekerja nonpemerintah naik 0,2 persen di kuartal ini, kenaikan terkecil sejak 1994. Badan Statistik menyatakan tanpa kenaikan upah minimum pada 1 April, tak akan ada pertumbuhan upah.