Bisnis.com, JAKARTA – Ledakan besar di pelabuhan utama Lebanon mengguncang Beirut, membuat korban meninggal dan luka-luka membanjiri rumah sakit.
Ledakannya sangat besar hingga menghempas jendela di seluruh kota dan bahkan terdengar hingga Siprus.
Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan sebanyak 2.750 ton amonium nitrat ditimbun selama enam tahun di gudang pelabuhan, lokasi terjadinya ledakan amat masif yang mengguncang Ibu Kota Beirut, Selasa (4/8/2020).
Sampai Selasa (4/8/2020) pukul 23.00 waktu setempat, dilaporkan 67 orang meninggal dan sekitar 3.600 orang luka-luka.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperkirakan bahwa ledakan tersebut merupakan serangan.
“Itu mungkin bom atau semacamnya. Saya sudah bertemu dengan beberapa jenderal besar AS dan mereka sepertinya merasa begitu [bom]. Ini bukan semacam jenis ledakan manufaktur,” kata Trump di Washington, dilansir Bloomberg, Rabu (5/8/2020).
Baca Juga
Beberapa video menunjukkan bahwa ada kebakaran yang terjadi, diikuti dengan percikan-percikan cahaya, baru setelahnya ada ledakan besar dengan asap mengepul di atas Pelabuhan Beirut.
Sejumlah bangunan di sekitar ledakan tersebut rusak, termasuk gedung perusahaan listrik dan sejumlah gedung entitas pemerintah.
Adapun, gara-gara ledakan ini, harga minyak kemudan melonjak ke level tertinggi dalam dua pekan terakhir karena adanya kekhawatiran ketidakstabilan pasokan dari Lebanon. Saat ini, harga minyak mentah AS mengalami kenaikan harga sampai 1,7 persen.
Setelah ledakan tersebut, banyak orang bergegas mencari bantuan, beberapa di antaranya dengan darah mengalir di wajah mereka, menunggu di luar rumah sakit Beirut.
Satu rumah sakit mengatakan telah menampung 400 orang dan lainnya sudah mengumumkan meminta sumbangan darah dan mengatakan bahwa kapasitas mereka sudah penuh.
“Beirut belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. kejadian ini menghancurkan seluruh kota, banyak orang terkapar di jalan dan kerusakan di mana-mana,” kata Gubernur Beirut Marwan Abboud.
Perdana Menteri Hassan Diab menggambarkan ledakan itu sebagai "bencana besar nasional" dan mengatakan bahwa lokasi ledakan itu sudah berdiri sejak 2014.
“Kami akan bekerja keras mencari siapa yang bertanggungjawab atas ledakan ini dan memberikan hukuman terberat bagi mereka. Ini tidak bisa diterima, bahwa ternyata ada 2.750 ton amonium nitrat disimpan dalam sebuah wadah di sebuah depot selama enam tahun terakhir,” ungkapnya.
Menanggapi hal ini, Sekretaris Negara AS Michael Pompeo juga menyampaikan bela sungkawanya.
“Kami terus mengawasi dan siap membantu masyarakat Lebanon agar bisa segera pulih kembali dari tragedi ini,” ujar Pompeo.