Bisnis.com, JAKARTA - Berkat stimulus dari pemerintah dan bank sentral, perusahaan-perusahaan Eropa terselamatkan dari kebangkrutan akibat tekanan yang disebabkan pandemi Covid-19. Namun masih menjadi pertanyaan apakah kondisi tersebut akan bertahan ketika stimulus berakhir.
Menurut data dari otoritas setempat, kebangkrutan di Inggris turun sekitar 30 persen antara April dan Juni dari tahun sebelumnya. Sementara di Spanyol, angka itu hampir 60 persen lebih rendah. Gambaran serupa tampak di Jerman di mana jumlah pengajuan kebangkrutan turun 13 persen pada April saja, dan Prancis turun 19 persen.
Menurut Juan Verdugo, mitra firma hukum Garrigues yang berbasis di Madrid, ketahanan perusahaan dari guncangan krisis dapat dikaitkan dengan langkah-langkah khusus yang ditempuh otoritas Eropa dalam menanggapi pandemi, melonggarkan aturan kepailitan untuk memberi perusahaan lebih banyak fleksibilitas.
"Jerman, Inggris, dan Spanyol semuanya telah menerapkan moratorium dalam persyaratan untuk mengajukan kebangkrutan," katanya dilansir Bloomberg, Senin (27/7/2020).
Perusahaan juga mendapat manfaat dari dukungan moneter besar-besaran, termasuk sekitar 70 miliar euro (US$82 miliar) pembelian aset sejak Maret 2020. Pemerintah juga telah mengaktifkan keran pengeluaran, meluncurkan program cuti untuk karyawan bisnis yang tak bekerja karena lockdown.
Selain itu, pemerintah juga memberikan hampir US$40 miliar pinjaman untuk perusahaan. Menurut data yang dikumpulkan Bloomberg, industri otomotif, energi, kedirgantaraan dan pertahanan merupakan penerima terbesar.
Baca Juga
Ada tren yang sama di AS, di mana Federal Reserve juga melepaskan stimulus darurat. Pengajuan kebangkrutan AS turun 11 persen pada semester pertama dari tahun sebelumnya.
Meski begitu, beberapa nama besar memulai proses kepailitan. Di Eropa ada pemilik mal Intu Properties dan perusahaan media digital Technicolor. Sedangkan di AS yakni raksasa rental mobil Hertz Global Holdings Inc. dan riteler J.C. Penney Co.
Sementara itu, sebuah survei oleh spesialis kepailitan Begbies Traynor menemukan jumlah perusahaan di Inggris yang berada di bawah tekanan keuangan yang signifikan naik 7 persen pada paruh pertama tahun ini, ke rekor 527.000.
Beberapa ahli memperingatkan bahwa respons stimulus semata-mata hanya menunda, alih-alih mencegah terguncangnya perusahaan-perusahaan yang tertekan.
"Perusahaan harus menggunakan penangguhan kebangkrutan untuk melakukan pekerjaan rumah mereka dan memperkuat neraca mereka. Kalau tidak, akan ada gelombang kebangkrutan baru segera setelah tugas pengarsipan kembali normal," kata Leo Plank, mitra yang berbasis di Munich di firma hukum Kirkland & Ellis.
Namun, yang lain berpendapat langkah-langkah dukungan dan stimulus ekonomi bermanfaat dalam jangka panjang bagi ekonomi dan investor Eropa dengan menjaga perusahaan-perusahaan yang baik bertahan selama krisis.