Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Komunikasi Tanoto Foundation, Haviez Gautama menyatakan bahwa pihaknya merupakan salah satu organisasi penggerak yang menggunakan pembiayaan mandiri.
Tanoto Foundation memiliki Program Pintar Penggerak yang diajukan dalam Program Organisasi Penggerak (POP). Program tersebut akan didanai mandiri oleh yayasan dengan nilai investasi lebih dari Rp50 miliar untuk periode dua tahun (2020-2022).
“Salah satu misi Tanoto Foundation bekerja sama dengan pemerintah melalui POP Kemendikbud adalah mendorong percepatan peringkat global pendidikan Indonesia,” kata Haviez dalam keterangan tertulisnya, Kamis (23/7/2020).
Saat ini, peringkat pendidikan Indonesia masih rendah. Berdasarkan skor PISA, dari 72 negara, Indonesia berada di ranking tiga terbawah.
Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation Ari Widowati menambahkan, dalam proses pendaftaran organisasi penggerak, Tanoto Foundation memasukkan pilihan pendanaan secara mandiri, sehingga tidak menerima bantuan dana dari pemerintah dalam menjalankan program.
Sejak 16 April 2020, pihaknya juga tidak ada komunikasi dengan Kemendikbud, kecuali melalui platform tanya jawab POP. Selain itu, mereka dihubungi secara blind review oleh evaluator, dimana pewawancara tidak mengetahui asal organisasi
Baca Juga
“Semua dilakukan dengan prosedur yang ketat,” kata Ari.
Sementara itu, Head of Marketing and Communications Yayasan Putera Sampoerna, Ria Sutrisno, menjelaskan bahwa pihaknya bersama dengan mitra dalam dan luar negeri mendukung program POP (di luar APBN) menggunakan skema matching fund dengan nilai hampir Rp70 miliar untuk mendukung program peningkatan kualitas guru dan ekosistem pendidikan dan Rp90 miliar untuk mendukung program peningkatan akses pendidikan.
“Ini bukan CSR. Kami adalah yayasan yang fokus kepada peningkatan kualitas pendidikan. Kami memilih skema partnership dengan berbagai pihak sebagai wujud komitmen kolaborasi dalam memajukan pendidikan nasional,” kata Ria Sutrisno.
Matching fund merupakan bantuan dana yang diberikan oleh salah satu pihak untuk melengkapi atau memperkuat sebuah program.
Dalam Program Organisasi Penggerak, para peserta melipatgandakan bantuan dana dari plafon yang selama ini telah ditetapkan pemerintah.
Diberitakan sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim dikritik, karena menggelontorkan dana hibah puluhan miliaran rupiah untuk organisasi pendidikan milik perusahaan atau corporate social responsibility (CSR).
Seperti diketahui, dari data organisasi masyarakat yang lolos evaluasi proposal, Yayasan Putera Sampoerna lolos pada kategori Macan dan Gajah. Yayasan ini milik PT HM Sampoerna Tbk.
Sedangkan, Yayasan Bhakti Tanoto lolos pada kategori gajah sebanyak dua kali. Pertama untuk pelatihan guru SMP, dan kedua untuk guru SD.
Adapun kategori gajah diberi dana hingga Rp20 miliar, kategori macan dengan dana hingga Rp5 miliar, dan kategori kijang dengan dana hingga Rp1 miliar.
Keputusan Kemendikbud meloloskan kedua organisasi itu pada kategori gajah dinilai tidak elok, karena keduanya merupakan organisasi CSR.
APBN tidak pantas dihibahkan kepada organisasi yang didirikan dengan semangat membangun CSR, karena akan memperoleh keringanan pajak dari dana yang disisihkan oleh perusahaan induk.