Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inggris Pastikan Rusia Tak Campuri Voting Brexit

Inggris memastikan proses pemungutan suara terkait Brexit berlangsung normal tanpa campur tangan negara lain.
Ilustrasi-Aksi protes anti-Brexit di luar Gedung Parlemen di London, Inggris (30/1/2020)./Reuters
Ilustrasi-Aksi protes anti-Brexit di luar Gedung Parlemen di London, Inggris (30/1/2020)./Reuters

Bisnis.com, LONDON - Inggris membantah isu adanya campur tangan asing sehingga Inggris keluar dari Uni Eropa.

Menteri Transportasi Inggris Grant Shapps pada Rabu (22/7/2020) mengatakan tidak ada bukti campur tangan Rusia dalam pemungutan suara (voting) referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) pada 2016.

Shapps juga menekankan bahwa badan mata-mata Inggris tidak lengah atau mengalihkan perhatiannya dari Rusia.

"Perlu ada beberapa bukti bahwa ada masalah di sana - yang mana memang tidak ada," kata Shapps kepada Sky ketika ditanya apakah harus ada penyelidikan lebih lanjut tentang kemungkinan campur tangan Rusia dalam referendum Inggris tentang Uni Eropa.

Komite intelijen dan keamanan parlemen Inggris dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Selasa (21/7) mengatakan ada indikasi sumber terbuka bahwa Rusia telah berusaha untuk mempengaruhi kampanye Brexit, tetapi tidak ada bukti kuat yang dihasilkan dalam laporan itu.

"Saya kira itu bukan alasan mengapa dinas intelijen mengalihkan perhatian," kata Shapps kepada saluran berita televisi Sky.

Sementara itu, Inggris dan Uni Eropa hanya memiliki waktu enam bulan tersisa untuk menghasilkan kesepakatan dan menjembatani perbedaan dalam negosiasi dagang pasca-Brexit.

Sebelumnya, Negeri Ratu Elizabeth tersebut resmi menolak perpanjangan negosiasi 

Dilansir Bloomberg, Selasa (16/6/2020), kedua belah pihak telah menjalani empat putaran negosiasi yang berakhir buntu. Inggris dan Uni Eropa berselisih tentang masalah-masalah seperti level playing field atau persaingan yang setara, peran Pengadilan Eropa, dan isu perikanan.

Keputusan untuk tidak memperpanjang masa transisi diungkapkan Perdana Menteri Boris Johnson pada 12 Juni 2020. Pada akhir tahun, kedua belah pihak berharap untuk mencapai kesepakatan tentang hubungan dagang di masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper