Jawa Tengah
Penolakan terhadap keinginan pemerintah untuk mempermanenkan PJJ ditegaskan oleh Dinas Pendidikan dari beberapa daerah yang mengeluhkan bahwa daerahnya belum siap secara perangkat, fasilitas, infrastruktur, jaringan, listrik, hingga kemampuan untuk membeli kuota internet.
Di Jawa Tengah, misalnya. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Jumeri mengatakan bahwa pelaksanaan PJJ yang cukup mendadak membuat murid dan guru tidak punya persiapan apa pun.
Jumeri memaparkan, kendala selama PJJ cukup beragam. Secara umum sekolah yang melaksanaan PJJ daring sepenuhnya itu baru 20 persen – 25 persen di Jawa Tengah dan tidak merata jumlahnya di tiap Kabupaten/Kota. Sekolah yang berlokasi di kota bisa melakukan PJJ lebih baik dibandingkan dengan yang di pedalaman.
Untuk mengakomodir peserta didik dan gutu yang tidak memiliki alat belajar daring, di Jawa Tengah para guru membuat modul belajar, dan secara berkala gurunya mengambil/orangtua mengantar modul tersebut ke sekolah. Modul tersebut berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan para murid.
“Dari cara belajar ini saya mendapat laporan siswa merasakan banyak tekanan karena banyak tugas. Anak-anak juga merasa kejenuhan apalagi rumahnya belum tentu kondusif, sehingga tidak nyaman untuk anak belajar,” imbuh Jumeri.