Harus Realistis
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta sekaligus tokoh Pendidikan Anak Usia Dini Zita Anjani juga pernah meminta pemerintah untuk melakukan evaluasi mendalam terkait pelaksanaan PJJ di sekolah.
Menurut Zita, wacana Kemendikbud untuk mempermanenkan PJJ setelah pandemi dengan mengombinasikan belajar tatap muka dengan di rumah menggunakan teknologi sebenarnya baik karena menjadi upaya membawa pendidikan lebih maju.
"Tapi harus realistis juga, lihat sistem belajar yang sudah di terapkan tiga bulan ini, evaluasinya banyak sekali," jelasnya.
Zita menjelaskan, pelaksanaan PJJ selama pandemi Covid-19 masih perlu evaluasi mendalam. Selain itu, masih banyak pula pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah sesuai karakter wilayah masing-masing seantero Indonesia.
Pasalnya, Center of Reform on Economics (CORE) memperkirakan penduduk miskin akan bertambah menjadi 30,8 juta jiwa selama pademi. Sementara Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyatakan penduduk kita yang melek teknologi hanya sekitar 64,8 persen.
"Itu artinya masih ada 92,99 juta penduduk Indonesia yang gagap teknologi," tambah politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini.
Bahkan, Zita mengungkap bahwa di negara maju seperti Amerika dan Singapura pun, yang notabene kualitas guru dan infrastrukturnya sudah memadai untuk jarak jauh, tetap terapkan pembelajaran tatap muka.
"Bukan masalah mampunya, tapi efisiensinya, siswa Amerika sendiri yang meminta itu. Di kita pun sama, anak-anak sudah tidak lagi fokus dan tempramental selama di rumah. Karena dunianya dicabut, bermain, belajar, dan wadah mengenali peran dan statusnya sudah tidak lagi dirasakan," tambahnya.