Bisnis.com, JAKARTA - Kedutaan Besar Republik Indonesia Canberra bersama seluruh Perwakilan RI se-Australia memfasilitasi kepulangan 163 mahasiswa Indonesia dan keluarganya melalui program Repatriasi Mandiri. Secara keseluruhan ada 358 warga negara Indonesia yang pulang kampung lewat program ini.
Berdasarkan keterangan resmi dari KBRI Canberra, repatriasi dilakukan melalui tiga kota, yaitu Sydney, Melbourne, dan Perth. Para mahasiswa dan keluarganya menumpang maskapai Garuda Indonesia dengan tujuan Bandara Soekarno-Hatta. Sebagian peserta akan melanjutkan perjalanan ke kota lain sesuai tujuan masing-masing.
Program Repatriasi Mandiri ini merupakan inisiatif bersama antara para mahasiswa Indonesia yang terhimpun dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) dan KBRI Canberra.
Merespon inisiatif PPIA tersebut, KBRI Canberra melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan untuk memfasilitasi proses kepulangan para mahasiswa, anggota keluarga dan WNI lainnya yang terdampak kebijakan Covid-19 di Australia.
Duta Besar RI untuk Australia Y. Kristiarto S. Legowo dalam pelepasan secara simbolis di Sydney Airport, 16 Juli 2020, menyampaikan selamat kepada para mahasiswa yang telah berhasil menyelesaikan studi mereka dan kembali ke tanah air.
“Program ini dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat Indonesia dan memastikan negara hadir dalam kondisi apa pun juga”, demikian pesan Duta Besar Kristiarto dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Sabtu (18/7/2020).
Baca Juga
Dia menambahkan, program Repatriasi Mandiri dilakukan secara bertahap antara Juni – Agustus 2020 sesuai jadwal kelulusan peserta. Selain itu, program juga berlangsung disesuaikan dengan jadwal penerbangan dari titik keberangkatan, yaitu Sydney, Melbourne, dan Perth.
Salah satu peserta yang baru saja menyelesaikan studi master dari Australian National University (ANU) Perwira mengatakan dirinya sangat terbantu dengan program repatriasi mandiri. Dia menyebut, lewat program repatriasi mandiri, pihaknya mendapat kepastian penerbangan ke Indonesia.
“Terima kasih juga kami sampaikan kepada Garuda Indonesia atas dukungannya karena tidak mudah mendapatkan kepastian tiket internasional pada masa Covid-19 ini”, imbuh Perwira.
Sebagaimana diketahui berkurangnya jumlah penerbangan internasional dari dan ke Australia akhir-akhir ini dan aturan social distancing di dalam pesawat sebagai imbas dari pandemi Covid-19 memicu kenaikan harga tiket pesawat. Selain itu jadwal penerbangan internasional dapat berubah setiap saat karena berbagai alasan teknis.
Australia merupakan salah satu tujuan utama mahasiswa dari Indonesia yang belajar di luar negeri, di mana mahasiswa Indonesia mencapai 21.000 di Australia hingga Maret 2020 atau salah satu pengirim mahasiswa asing terbanyak di samping China, India, Korsel, Malaysia dan Vietnam.